Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. . .
Selamat datang di blog saya, semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda ^_^

Selasa, 22 Maret 2011

Filsafat Ilmu

KONSEP TAHU

A. APA ITU TAHU ?
Orang tahu dikatakan mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu. Pengetahuan harus sesuai dengan objek yang diketahui. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu. Dan filsafat dimulai dari rasa ingin tahu yang melahirkan pengetahuan dan munculnya kepastian. Manusia tahu akan sesuatu, tahu akan alam sekitar, dirinya sendiri, orang lain, yang baik dan buruk. Indah atau jelek. Rasa ingin tahu tersebut dirangsang oleh alam sekitar.

B. GEJALA TAHU
Bahwa manusia itu tahu sesuatu,rasanya tak dapat disangkal lagi bahwa manusia tahu akan dunia disekitarnya. Bagaimana manusia itu dapat tahu dan dari mana sumbernya, dan apakah sebenarnya tahu itu jika orang dikatakan bahwa ia tahu ?
Gejala tahu :
a. Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu, pada prinsipnya jika orang mencari tahu ia akan berkata apa ini,apa itu, apa sebabnya,mengapa begini, mengapa begitu, dan pertanyaan ini timbul dari keingintahuan dan kegunaannya atas keanekaragaman atas segala sesuatu disekitarnya.
b. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar dan tidak benar adalah keliru. Oleh sebab itu tahu benar adalah dasar dari sebuah tindakan tapi ada juga orang yang mengira bahwa tahunya benar padahal keliru menurut orang lain tapi setelah ia sadar bahwa tahunya keliru maka puasnya lenyap.
c. Kalau manusia ingin tahu apakah yang hendak dikatahuinya? Yang hendak diketahui orang adalah kekaguman yang merangsang orang untuk mencari tahu dan adapun yang mengelilingi orang adalah dunia dan seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan asl ada. Yang yang tidak adapun jadi mungkin jadi mungkin ada itupun ingin diketahui. Dengan kata lain objek tahu adalah apa saja yang ada dan mungkin ada, akan tetapi keingintahuan manusia hanyalah sebatas pada masa hidupnya. Dengan demikian manusia itu dirangsang oleh alam sekitarnya dan ransangan ini pada prisipnya berhubungan dengan panca indra yang terdiri dari penciuman, penglihatan, pendengaran , perasaan lidah dan perasaan badan. Terlepas dari berapa jumlah indra yang dimiliki oleh manusia, indralah yang pertama tama bersentuhan dengan alam, dan inilah yang disebut pengalaman , dan objek dari panca indra ini adalah manusia.
d. Jadi manusia yang tahu itu tahulah bahwa ia tahu seperti analisa ini ‘manusia tahu benar bahwa manusia tidak tahu sesuatu maka bertanyalah ia kepada orang lain lalu diberi tahu maka ia tahu’ begitu juga sebaliknya jika ia keliru.

Sebagai kesimpulan dari keempat gejala diatas adalah :
1. Manusia ingin tahu.
2. Manusia ingin tahu yang benar.
3. Objek tahu adalah yang ada dan mungkin ada.
4. Manusia tahu bahwa ia tahu.

C. TAHU PENGETAHUAN
Putusan. Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan, pengakuan sesuatu terhadap sesuatu disebut “ putusan “ dan pada dasarnya pengetahuan dan putusan itu sama. Sehingga orang yang tidak tahu tidak dapat mengambil keputusan. Dasar pengakuan itu disebut subjek dan diakui terhadap subjek itu disebut predikat.
Ada dua macam pengetahuan, yaitu :
- Pengetahuan khusus yang mengenai satu saja.
- Pengetahuan umum yang berlaku bagi seluruh macam dan masing – masing dalam macamnya.
Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Yang perlu diingat, bahwa pengetahuan umum ini memang agak aneh, sebab yang bersentuhan dengan manusia ialah pengetahuan yang khusus, tidaklah manusia yang berindra itu bertemu dengan yang umum. Hanya manusia memiliki pengetahuan umum ini juga melalui indranya, jadi melalui persentuhan dengan yang khusus, satu per satu itu.
Jadi tahu hendaklah mencakup objeknya, setidak – tidaknya hendak mengetahui dasar dari pengetahuannya itu. Hal ini merupakan alat pengontrol juga bagi pengetahuannya tentang objek itu, sehingga persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang kita disebut “ kebenaran”.
Kebenaran. Jika orang tidak tahu akan salah satu aspek dari objeknya bukanlah ia keliru, hanya belum lengkap pengetahuannya. Yang dimaksud dengan kekeliruan adalah jika orang mengira tahu akan aspek objeknya, ternyata tidak. Maka kebenaran yang merupakan persesuaian antara tahu dengan objeknya disebut pula objektivitas, karena pengetahuan yang benar adalah pengetahuan obyektif.
Kekuatan putusan. Putusan tidak sama kuatnya. Kalau putusan itu pasti benar maka inilah yang amat kuat. Orang yang hendak tahu harus sadar dan mutlak bagi pengetahuan. Ada ungkapan Indonesia orang yang tak sadar akan dirinya sama artinya dengan orang yang tak tahu akan dirinya. Pada umumnya objek yang ada diluar kesadaran ini hanya memungkinkan pengetahuan manusia, karena objek itu memberi perangsang kepada manusia untuk tahu hasilnya (pengetahuan) dicetuskan berupa putusan. Kesimpulannya adanya pengetahuan benar atau salah jika sudah ada putusan. Dalam ilmu yang diutamakan adalah kebenaran logis (ontologism: ilmu tentang ada)
Kepastian. Jika pada suatu saat orang mempunyai alasan cukup, bahwa ia mengetahui benar tentang objeknya, ada keyakinan yang cukup beralasan bahwa pengetahuannya sesuai dengan objeknya maka ia mempunyai kepastian. Apakah keyakinan selalu mengandung kebenaran ? Tidak. Memang pengetahuan itu benar tetapi bukanlah keyakinan itu menjadi jaminan.
Sangsi. Manusia kalau mau jujur, tidak mau atau dapat mengadakan keputusan, paling-paling hanya dapat berkata, saya berpendapat demikian tetapi sebetulnya masih sangsi. Kesangsian itu menunjukkan sifat manusia juga. Kesangsian ini harus dibedakan dengan kata ragu-ragu, karena kesangsian mendorong orang untuk penyelidikan lebih lanjut sedangkan keraguan melemahkan manusia.
Kepercayaan. Keyakinan merupakan sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran, akan tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Ada keyakinan orang yang mempunyai kebenaran dan diberitahukan kepada orang dan kebenaran itu diterima oleh orang lain itulah yang disebut kepercayaan karena alasan untuk sangsi tidak ada. Dalam agama, kepercayaan ini merupakan unsur yang amat penting dan dalam hal ini amat masuk akal alasannya, karena kepercayaan kaum beragama ini diyakini karena diberitahukan oleh yang tidak dapat berdusta (Tuhan) atau paling tidak orang yang berwibawa yang mendapat tugas memberitakan kebenaran ini kepada orang. Percaya adalah menerima kebenaran demi kewibawaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar