Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. . .
Selamat datang di blog saya, semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda ^_^

Sabtu, 05 November 2011

Bahaya dan Pencegahan Resistensi Antibiotik


Antibiotika sejak pertama digunakan pada tahun 1940 merupakan salah satu kemajuan besar dalam dunia pengobatan. Akan tetapi peresepan yang berlebihan terhadap antibiotika mempunyai dampak terhadap perkembangan bakteri yang menjadi tidak responsif terhadap pemberian antibiotika, yang sebelumnya pernah berhasil (resisten). Selain itu anak-anak yang mengkonsumsi antibiotika yang seharusnya tidak diperlukan mempunyai resiko untuk mengalami efek samping lain, seperti gangguan perut & diare.

Resistensi antibiotika sendiri adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi. Akibatnya bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup & bereproduksi sehingga makin membahayakan.

Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya.

Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat & kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati & lebih mahal juga biaya pengobatannya.

cara bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika
bacteriaMeminum antibiotika untuk mengobati pilek atau penyakit yang disebabkan oleh virus, tidak hanya tidak bermanfaat tetapi juga dapat menimbulkan bahaya. Dalam jangka panjang hal ini dapat membuat bakteri menjadi lebih sulit untuk dimusnahkan. Penggunaan antibiotika yang sering & tidak sesuai keperluan dapat menghasilkan jenis bakteri baru yang dapat bertahan terhadap pengobatan yang diberikan atau yang disebut dengan resistensi bakteri. Jenis bakteri baru ini memerlukan dosis yang lebih tinggi atau antibiotika yang lebih kuat untuk dapat dimusnahkan.

Penggunaan antibiotika mendorong perkembangan bakteri yang resisten. Setiap seseorang menggunakan antibiotika, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh tetapi bakteri yang resisten akan tetap ada, tumbuh & bereproduksi. Penyebab utama meningkatnya bakteri yang resisten adalah penggunaan antibiotika secara berulang & tidak sesuai range terapi. Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten ini adalah penggunaan antibiotika secara tepat & sesuai range terapi (takaran, frekwensi dan lama penggunaan obat).

Cara mencegah terjadinya resistensi terhadap antibiotik
Kita dapat berperan secara aktif untuk menghambat terjadinya resistensi bakteri, caranya adalah dengan menggunakan obat antibiotika secara tepat & sesuai range terapi. Meskipun antibiotika merupakan obat yang sangat kuat, akan tetapi antibiotika hanya efektif untuk digunakan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri & bukan oleh mikroba lain seperti misalnya demam, batuk atau flu. Berikut beberapa tips yang bermanfaat apabila kita berobat ke dokter :

Tanyakan apakah antibiotika yang diberikan bermanfaat terhadap penyakit yang tengah diderita saat ini.
Jangan gunakan obat antibiotika untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu.
Apabila mendapatkan antibiotika, harus digunakan sampai habis. Jangan sisakan antibiotika tersebut untuk pengobatan di lain waktu.
Gunakan antibiotika yang diberikan sesuai saran dari dokter. Gunakan secara rutin sampai habis meskipun sudah merasa sehat. Jika pengobatan antibiotika dihentikan terlalu cepat, maka beberapa bakteri dapat bertahan hidup & menimbulkan infeksi kembali.
Jangan gunakan antibiotika yang di resepkan untuk orang lain. Terkadang karena merasa gejala penyakit yang dirasakan sama, maka kita menyamakan pengobatan dengan orang tersebut, padahal bisa jadi kebutuhan tiap orang berbeda.
Jika dokter menyimpulkan bahwa penyakit kita tidak memerlukan pengobatan antibiotika, tanyakan pengobatan lain yang dapat membantu meredakan gejala yang kita rasakan. Jangan paksa dokter untuk memberikan antibiotika kepada kita.

Rabu, 26 Oktober 2011

Orang Tua Wajib Waspada


1. Kejang
Jika bayi kejang disertai panas atau tanpa panas, harus segera di bawa ke RS untuk mengetahui penyebab kejangnya. Setiap kejang, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak, sehingga bayi tidak boleh kejang. Jadi, secepatnya harus diatasi. Jika bayinya kejang disertai demam, orang tua harus selalu membawa obat anti panas dan anti kejang. Karena biasanya sakit kejang ini suka kambuh. Kemana pun si bayi pergi, harus selalu membawa obat anti kejang untuk mencegah kejang. Jangan sampai bayi sering kejang.

Pemicu kejang ini macam-macam, bisa karena proses di kepala atau otak, atau di luar kepala. Kalau di dalam otak atau kepala, kemungkinan ada infeksi di otak atau tumor di otak, dan perdarahan di otak. Tapi yang terjadi di luar otak, bisa karena kekurangan natrium atau garam dan gula, sehingga terjadi gangguan-gangguan elektrolit. Misalnya karena sering diare, atau kejang karena adanya elektrolit atau garam yang keluar dari tubuh.

2. Sesak napas
Jangan sampai bayi Anda sesak napas, apalagi sampai membiru. Itu tandanya si bayi sudah kekurangan oksigen. Oksigen itu terutama dialirkan ke dalam otak dan organ lainnya. Jika bayi Anda sesak napas, secepatnya harus diatasi, apakah sesak itu disebabkan karena sumbatan saluran napas, atau karena infeksi di paru-paru, harus segera diatasi dan dibawa ke dokter.

3. Syok
Tanda-tandanya, denyut nadi tak teraba, muncul keringat dingin, kesadaran berkurang, serta jumlah cairan tubuh berkurang. Penyebab syok pada bayi bermacam-macam juga. Dapat dikarenakan kehilangan cairan tubuh, misalnya demam berdarah, yang mengakibatkan cairan dari dalam darah melalui pembuluh darah keluar menuju jaringan. Bisa juga karena diare dan kekurangan cairan, terjadinya perdarahan, kelainan jantung, atau karena syok lain yang disebabkan karena kesakitan yang biasa dokter sebut dengan neorogenik shock. Perawatannya, harus harus segera diinfus.

4. Tak sadarkan diri
Ini dapat terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Setiap ada gangguan kesadaran pada bayi, orang tua harus hati-hati dan harus segera membawanya ke dokter. Ciri-ciri bayi yang tak sadarkan diri, secara fisik dapat terlihat seperti mula-mula setengah sadar, mengacau, panas tinggi, atau mungkin saja langusng tidak sadar. Di cubit pun, tak akan merasakan sakit dan tak tahu apa yang terjadi disekelilingnya.

Jumat, 19 Agustus 2011

Puasa Menurut Ahli


Puasa memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi alamiah.

Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sehat, lembut, dan berseri. Karena, setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen.

Manusia mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan energi tersebut dapat bertahan selama 25 jam. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi, jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh dikeluarkan sehingga melegakan pernapasan organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpanannya. Peristiwa ini disebut peremajaan sel. Dengan meremajakan sel-sel tubuh, akan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan dan kesehatan tubuh serta kulit kita. Oleh karena itu, orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih segar, sehat, lembut, dan berseri karena proses peremajaan sel dalam tubuhnya berjalan dengan baik.

menurut Dr. Yuri Nikolayev, Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).

Menurut Elson M. Haas M.D. Direktur Medical Centre of Marin (sejak 1984) mengatakan dalam puasa (cleansing dan detoksifikasi) merupakan bagian dari trilogy nutrisi, balancing, building( toning). Elson percaya bahwa puasa adalah bagian yang hilang “missing link” dalam diet di dunia barat. Kebanyakan orang di barat over eating atau terlalu banyak makan, makan dengan protein yang berlebihan, lemak yang berlebihan pula. Sehingga ia menyarankan agar orang lain mulai mengatur makanannya agar lebih seimbang dan mulai berpuasa, karena puasa bermanfaat sebagai: purifikasi, peremajaan, istirahat pada organ pencernaan, anti aging, mengurangi alergi, mengurangi berat badan, detoksikasi, relaxasi mental dan emosi, perubahan kebiasaan dari kebiasaan makan yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkontrol, meningkatkan imunitas tubuh. dan lebih baik lagi bila dalam pengawasan dokter. Puasa dapat mengobati penyakit seperti Influeza, bronkitis, diare, konstipasi, alergi makanan, astma, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas, kanker, epilepsi, sakit pada punggung, sakit mental, angina pectoris (nyeri dada karena jantung), panas dan insomnia.

Kamis, 04 Agustus 2011

PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA ANAK

1. TERSEDAK
Pada usia tertentu, anak-nak selalu memasukkan apapun ke dalam mulutnya. Hati-hati bisa tersedak.
Inilah beberapa hal yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah kejadian tersedak :
a. Jauhkan anak-anak dari barang-barang kecil dan mainan yang bisa dilepas menjadi bagian-bagian kecil.
b. Berilah mainan yang sesuai dengan umur dan ketrampilan anak.
c. Jauhkan mainan yang lebih besar dari jangkauan anak. Anak selalu tertarik dengan benda yang berwarna cerah.
d. Ajari si kakak untuk menyimpan mainannya secara rapi pada kotak khusus tertutup yang sudah disediakan.
e. Periksa secara berkala semua mainan yang mungkin kendur atau sudah patah. Bagian yang terlepas bisa mudah tertelan.
f. Setiap kali membersihkan lantai, pastikan tak ada benda kecil yang tertinggal seperti peniti, uang logam, tutup botol, kuku, penjepit kertas, jepit rambut, karet gelang dan benda kecil lainnya.
g. Hindari memakaikan baju yang penuh kancing atau aksesoris yang mudah ditarik. Bila terlepas bisa tertelan oleh anak.
h. Jangan memberikan permen, popcorn, kacang, dan makanan potongan kecil atau butiran karena dapat membuat anak tersedak, atau benda itu masuk ke dalam hidung.
i. Selalu tunggui setiap kali anak makan. Jangan memberikan makan sembari ia bermain, merangkak atau belajar berjalan.

2. TENGGELAM
Sering terjadi anak tenggelam di kolam renang. Ini karena minimnya pengawasan saat si kecil bermain di dekat kolam renang.
Agar anak terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua :
a. Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuai dengan usia anak. Jangan pernah meninggalkan anak sendirian sedetikpun di dekat bak mandi.
b. Selalu buang air dalam “ bath up “ setiap kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi bath up, tutuplah pintu kamar mandi. Bila perlu kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk.
c. Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam renang harus selalu dikunci.
d. Selalu awasi si kecil bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.
e. Jangan terlalu berambisi mengajari anak berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah 3 tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum.

3. KESETRUM
Yang sering terjadi, anak kesetrum karena memasukkan benda logam ke dalam stop kontak.
Bahaya kesetrum bisa dihindari dengan cara-cara berikut :
a. Kita harus rajin men-cek setiap kabel-kabel listrik dan stop kontak yang ada di rumah. Bila ada kabel yang mengelupas, segera ganti dengan kabel yang baru. Gantilah stop kontak dengan model yang tertutup atau berpengaman, misal : harus diputar dulu bila hendak digunakan.

b. Tutup stop kontak dengan barang-barang furnitur yang tak mudah digeser.
c. Hindari peralatan listrik seperti mixar atau setrika dengan kabel menjuntai dari jangkauan anak-anak.

4. TERBAKAR
Anak memiliki kulit yang lebih tipis jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kulit mereka lebih rentan terhadap luka bila terkena api atau tersiram sesuatu yang panas. Yang sering terjadi, ibu membuat susu dengan tetap menggendong si kecil. Bahayanya bila si kecil meronta, maka botol susu yang sudah berisi air hangat akan terguncang hingga airnya bisa menyiram si kecil. Apa yang buat kita tidak terasa panas, buat si kecil bisa menyebabkan kulit jadi merah seperti halnya tersiram air panas.
Supaya resiko terbakar atau terkena air dan benda panas dapat dihindari, lakuka hal berikut :
a. Selalu mengetes terlebih dahulu panasnya air yang akan digunakan untuk menyeduh susu atau untuk mandi.
b. Jika anda sedang menikmati kopi atau teh, hindari sambil memegang anak.
c. Jangan sambil menggendong si kecil bila sedang memasak. Sikecil bisa menarik gagang panci atau meronta-ronta yang membuat konsentrasi anda terpecah.
d. Arahkan mulut teko ke dalam, untuk menghindari tertumpah ke bawah bila tersenggol.
e. Jangan sambil menggendong si kecil bila sedang menyetrika.
f. Simpan korek api dan pemantik api jauh dari jangkauan anak.


5. JATUH
Sering terjadi, anak jatuh dari tempat tidurnya sendiri atau orang tuanya.
Agar si kecil tidak terjatuh, orang tua seharusnya :
a. Tidak membiarkan si kecil sendirian sedetikpun bila ia berada di tempat tidur, sfa atau kursi.
b. Pasang pagar pengaman di tangga menuju ruang atas.
c. Pasang tali pengaman di kursi makan dan peralatan lain yang dilengkapi tali pengaman. Meski hanya ditinggal membuat susu atau menerima telepon, tatap pasangkan tali pengaman ini.
d. Lepaskan bumper ( bantal pengaman ) dari tempat tidurnya karena akan dipakainya untuk memanjat.
e. Untuk mengantisipasi si kecil jatuh dari tempat tidur, sejak awal belilah tempat tidur yang bisa diatur ketinggiannya. Semakin besar si kecil, seharusnya semakin rendah alas ranjangnya sehingga ia tidak meloncati pagar pengaman tempat tidur karena menjadi lebih tinggi. Kuncilah selalu pagar pengaman ini.
f. Jangan meletakkan bayi dan kursinya di tempat tinggi, misal di meja, di tempat yang tidak rata, atau di bangku yang tinggi. Jangan biarkan si kecil sendirian duduk dikursinya.

6. TERCEKIK DAN KEKURANGAN NAFAS
Kasus yang sering terjadi anak kekurangan nafas karena hidungnya tertutup oleh bantalnya sendiri.
Bahaya tercekik dan kekurangan nafas dapat dicegah dengan cara :
a. Berikan tempat tidur pada anak dengan spri yang tidak kusut dan kasurnya tidak terlalu empuk agar tidak timbul gelombang.

b. Hindari anak tidur dengan bantal-bantal yang tertumpuk disekitarnya. Tumpukan ini bisa rubuh dan menimpa tubuhnya dan bantal dapat menutupi jalan nafasnya.
c. Ikat semua tali yang menjuntai, seperti tali gorden, krei, tali sarung guling dan lainnya, sehingga tidak bisa untuk mainan oleh si kecil. Bahaya tercekik bisa timbul dari tali yang menjuntai.
d. Jangan mengikatkan sesuatu pada lehernya, termasuk topi yang memakai tali pengikat.
e. Jangan biarkan mainan yang bertali atau mempunyai simpul-simpul yang bisa dilepas.
f. Simpan semua tas plastik, kantong plastik dari jangkauan anak. Bahaya kekurangan nafas dapat terjadi bila anak bermain tas plastik. Mereka memasukkan keplanya ke dalam plastik, padahal akibatnya ia bisa kekurangan nafas akibat defisit udara.

7. KERACUNAN
Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan obat berlebihan (overdosis) karena orang tua meletakkan obat sembarangan. Potensi keracunan lainnya menelan cairan kosmetik ibunya, cairan pembersih untuk rumah dan cairan pembasmi serangga dan bahan beracun lainnya.
Untuk menghindarinya, berikut yang harus dilakukan :
a. Letakkan semua barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan seperti bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk dan lainnya di tempat tinggi dan tak mudah dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah tetap bersama pembungkusnya. Biasanya disitu tertera cara menanggulangi bila terhirup atau tertelan.
b. Hal yang sama juga berlaku dalam penyimpanan kosmetik, parfum, pencuci mulut, pembersih muka dan peralatan kosmetik lainnya.
c. Letakkan bumbu dapur, kecap, sirup dan minyak goreng ditempat yang terkunci pula.
d. Demikian juga dengan vitamin, obat-obat bebas dan lainnya di tempat yang aman dari jangkauan anak. Seharusnya kemasan bahan yang beracun “toxic product” didesain sedemikian rupa agar tak bisa dibuka oleh anak.

Minggu, 31 Juli 2011

Seputar Kolesterol

Dalam tubuh terdapat lemak yang terdiri dari kolesterol jahat yang biasa disebut LDL (Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat menempel pada pembuluh darah. Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol normal dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan kandungan LDL harus dicegah agar tetap dalam keadaan normal. Berikut beberapa tips agar Anda dapat mengontrol kolesterol dalam darah.

Tips Mengendalikan Kolesterol
Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan kolesterol Anda:
• Diet
Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kolesterol. Misalnya dengan mengkonsumsi susu tanpa lemak dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah makanan dengan kandungan lemak tak jenuh daripada kandungan lemak jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya Anda mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.
• Konsumsi makanan berserat
Lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis makanan ini dapat menyerap kolesterol yang ada dalam darah dan mengeluarkannya dari tubuh.
• Konsumsi antioksidan
Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery, pepaya, wortel, atau labu. Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga dapat menurunkan kadar kolesterol.
• Hindari alkohol dan merokok
Dengan merokok atau mengkonsumsi alkohol, kolesterol akan mudah menumpuk dalam aliran darah.
• Olahraga
Berolahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan. Jaga agar berat tubuh Anda tetap ideal.

Jumat, 22 Juli 2011

Info Ibu Menyusui


Mulailah menyusui sedini mungkin meski ASI belum keluar. Jangan cemas bayi Anda tak akan mendapat makanan yang diperlukannya. Cadangan ASI akan sesuai dengan kebutuhan bayi. Lagipula, kebutuhan bayi baru lahir terhadap makanan pada satu kali waktu makan, masih sangat sedikit. Sebab, lambungnya tak dapat menerima banyak makanan. Sejumlah kecil kolostrum (susu awal) yang diproduksi ASI sudah tepat untuk kebutuhannya.

Gunakan saat pertama menyusui untuk membiasakan diri dengan teknik menyusui daripada sekadar untuk memenuhi perut bayi, meski Anda juga perlu memastikan bayi Anda tak kelaparan sementara kalian saling belajar.

Pada hari pertama menyusui, tiap kali Anda menyusui, susui tak lebih dari 5 menit di setiap sisi. Lalu 10 menit pada hari kedua dan 15 menit atau lebih pada hari ketiga. Tapi ini bukan patokan baku. Sejumlah ahli setuju, sejak awal bayi boleh menyusu selama ia suka.

Setelah susu mengalir, susui selama 10 menit pada payudara pertama, dan selama bayi suka pada payudara kedua, lalu pindahkan kembali pada payudara pertama bila bayi tampaknya masih lapar setelah mengosongkan payudara kedua.

Sampai akhir usia 3 bulan, bayi belum perlu makanan tambahan, jika produksi ASI mencukupi. Penting diketahui, banyak-sedikitnya ASI yang keluar, tergantung pada rangsangan bayi. Jadi, payudara pasti memproduksi susu sedikit bila bayi jarang menyusu. Sebaliknya, jika bayi sering menyusu ASI, produksi ASI pun meningkat.

Berapa lama Anda akan memberinya ASI merupakan keputusan pribadi Anda. Idealnya, ASI diberikan secara eksklusif selama 4 bulan. Akan lebih baik lagi jika sampai bayi usia 2 tahun. Kapan pun Anda memutuskan berhenti menyusui ASI, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.

Info Ibu Hamil


“ Ibu hamil tidak boleh benci, sebal, dan marah-marah memang ada baiknya karena semua itu dapat berdampak negatif bagi dirinya sendiri, seperti stres, pusing, dan tekanan darah naik.” Tapi kalau si jabang bayi jadi mirip orang yang dibenci, tentu itu tidak benar dan tidak ada hubungannya sama sekali. Yang ini jelas hanya mitos. Namun, bukan berarti ibu hamil lantas boleh melakukan semua hal. Selama kehamilan memang ada pantangan bagi ibu.

Adapun pantangan ibu hamil :
PANTANGAN DI TRIMESTER I
 Tidak terbentur atau terjatuh karena bisa mengakibatkan keguguran.
 Tidak melakukan olahraga berat, seperti lari, aerobik high impact atau angkat beban.
 Menunda bepergian jauh untuk sementara, terlebih bila harus melakukan perjalanan udara. Di usia kehamilan 1-3 bulan, ibu masih memerlukan kekuatan ekstra untuk mensuplai segala sesuatu yang penting bagi pertumbuhan janin. Kecapekan dapat membuat suplai nutrisi, energi, hingga oksigen ke calon bayi terhambat.
 Hindari minum obat dan jamu kecuali dalam pengawasan dokter. Jangan lupa, janin amat rentan terhadap pengaruh obat-obatan yang bersifat teratogen (zat kimia yang dapat menimbulkan kelainan perkembangan pada janin).
 Hindari pakaian ketat yang tidak lentur. Pakaian longgar atau elastis merupakan pilihan yang lebih baik karena tidak akan mengganggu perkembangan janin. Sama halnya dengan bra, kenakanlah bra yang nyaman.
 Untuk sementara jangan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas sebab bisa membuat ketidaknyamanan pada ibu hamil. Bahkan pada kasus tertentu bisa berakibat fatal.
 Hubungan suami istri tetap boleh dilakukan kecuali bila dokter melarang atau dari kacamata medis hubungan intim dapat membahayakan ibu ataupun janin.

PANTANGAN DI TRIMESTER II DAN III
 Di trimester dua, kehamilan relatif aman. Sekalipun begitu ibu tetap wajib menjaga kandungannya dengan selalu menghindari stres, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau melaksanakan kegiatan yang dapat menimbulkan risiko cedera. Sementara di trimester ke-3 karena yang sering menjadi kekhawatiran adalah cepatnya peningkatan berat badan ibu, maka beberapa pantangan yang berkaitan dengan pola makan berlaku di sini. Umpamanya, kurangi makanan yang mengandung garam karena berpotensi meningkatkan tensi darah dan protein pada urin. Juga jaga agar peningkatan BB tidak lebih dari 2 kg dalam sebulan untuk menghindari keracunan kehamilan (preeklamsia).
 Tingkatkan asupan buah-buahan dan sayur yang bermanfaat bagi janin dan air ketuban. Makanan bergizi seperti itu juga baik untuk memperlancar BAB dan menghindari sembelit yang biasa dialami ibu hamil trimester akhir. Cukupi kebutuhan minum dengan mengonsumi cairan 8 gelas sehari. Tak perlu khawatir jika jadi sering BAK, karena di kehamilan besar hal ini wajar saja. Yang penting, rasa kebelet pipis tersebut jangan ditahan-tahan sebab bisa memicu terjadinya infeksi saluran kencing. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, jangan sampai perut ibu terbentur atau ibu terjatuh. Ini penting diperhatikan karena di kehamilan tua, perut akan semakin membuncit dan membuat gerakan ibu semakin tidak “lincah. Di trimester akhir ini, perhatikan organ intim yang akan menjadi jalan lahir bayi dengan lebih saksama. Pada saat kehamilan, ibu rentan menderita keputihan. Sebagai pencegahan, upayakan organ intim selalu bersih dan tidak lembap. Sering-seringlah mengganti celana dalam. LEBIH SERING LEBIH BAIK.
 Selama hamil ini, aku suka banget makan buah, tapi kadang bingung yang baik itu buah apa ya? jelas kalau durian & nanas tidak boleh banyak-banyak. Buah apa saja yang boleh banyak dikonsumsi? Semua buah baik dan bervitamin, asalkan kita tahu ukurannya. Seperti buah nanas kalau kita makan terlalu banyak maka nanas dalam lambung akan ” ber-reaksi membuat soda + asam ” jadi bisa ditebak kalau kita konsumsi terlalu banyak seperti satu buah nanas kita habiskan, maka perut terasa kembung akibat soda asam dalam lambung bereaksi, akhirnya yang terjadi kita diare – muntah2 dan perut menjadi kram. Sedangkan buah-buahan seperti durian, nangka dan cempedak akan ” ber-reaksi kearah alkohol ”akibatnya perut kita akan terasa panas sekali dan akhirnya muntah2 dan diare. Sebab itu kalau kita sedang hamil, maka sebaiknya super hati-hati dengan buah-buahan sesuai dengan habitatnya.



Jenis buah apa saja yang dianjurkan untuk ibu hamil :
 buah tomat
 pepaya, semua pepaya kaya akan vitamin C
 mangga
 jeruk manis
 jeruk bali
 pisang, buah pisang kaya akan kalsium
 dan masih banyak lagi buah2-an yg lain, seperti rambutan, semangka, bangkoang, manggis, sawo dll
Selama kehamilan coba super hati2 dengan buah ” salak ”, karena ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan yg tidak mengakibatkan ” kontipasi – sulit BAB ”


Bagi anda yang sedang hamil, sebaiknya menjaga pola makan anda. Ini untuk menjaga kesehatan bagi si janin. Adapun makanan yang harus anda hindari yaitu :
 Makanan mentah atau setengah matang. Makanan ini sangat besar kemungkinannya terdapat bakteri atau kuman penyakit. Adapun bakteri tersebut yaitu bakteri Listeria (mengakibatkan keguguran atau janin meninggal dalam kandungan), bakteri Salmonella (memicu keguguran), parasit Toksoplasma (janin berkondisi abnormal), serta bakteri E. coli (merusak usus dan ginjal).
 Seafood, bukan berarti ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi makanan dari laut. Karena makanan dari laut banyak mengandung omega 3 yang sangat membantu bagi kecerdasan anak. Seafood disini merupakan seafood yang mengandung merkuri dengan kadar tinggi.
 Kafein dan teh herbal, kafein bisa ’menembus’ plasenta, sehingga akan memengaruhi detak jantung serta sistem pernapasan janin. Bahkan, beberapa studi menyebutkan, minum kopi secara berlebihan erat kaitannya dengan rendahnya berat badan lahir bayi dan meningkatkan risiko mengalami keguguran dan janin meninggal saat lahir. Teh herbal yang diramu dengan daun raspberry atau rosemary, sebab bisa memicu terjadinya kontraksi.
 Keju lunak dan susu mentah. Keju lunak seperti keju Brie, Camembert, Feta, Blue Cheese, dan Roquefort (kecuali pada label tertera dibuat dari susu yang telah dipasteurisasi). Dipasteurisasi yaitu dipanaskan sampai suhu 60°C selama 30 menit untuk membunuh bakteri.

REFLEKS PATOLOGIS


 Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior.
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

 Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior.
Respon : seperti babinsky

 Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal.
Respon : seperti babinsky

 Gordon
Cara : penekanan betis secara keras.
Respon : seperti babinsky

 Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky

 Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky

 Stransky
Cara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5
Respon : seperti babinsky

 Rossolimo
Cara : pengetukan pada telapak kaki
Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal

 Mendel-Beckhterew
Cara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum
Respon : seperti rossolimo

 Hoffman
Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

 Trommer
Cara : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respon : seperti hoffman

 Leri
Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atas
Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku

 Mayer
Cara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tangan
Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari

Senin, 18 Juli 2011

SEHAT SAKIT DAN MASALAH KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang – kadang bisa dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEHAT
Sehat dan sakit adalah suatu kejadian yang merupakan rangkaian proses yang berjalan terus menerus dalam kehidupan masyarakat.
Secara sederhana konsep sehat – sakit dapat dianggap bergerak dari suatu titik sehat ke titik sakit melalui suatu garis horizontal, ataupun sebagai suatu variabel kontinu.
Sebagai ilustrasinya, digambarkan sebagai berikut :
>> (*)
Konsep sederhana ini kemudian mengalami perkembangan yang begitu pesat searah dengan tuntutan kemajuan iptek dan perkembangan sosial budaya masyarakat. Karena itu, misalnya sehat yang dulu dapat dijelaskan hanya sekadar dengan menyatakannya dengan “tidak sakit” menjadi suatu hal yang sulit dimengerti. Demikian juga pertanyaan mengapa terjadi sakit, tidaklah menjadi suatu pertanyaan yang mudah dijawab atau hanya mempunyai satu jawaban tunggal. Hal itu ditandai dengan berkembangnya konsep sakit yang semula single-kausa menjadi multi-kausa. Selain itu, berkembang pula teori yang memandang sehat sebagai suatu variabel kontinu.

B. SAKIT DAN PENYAKIT
1. Keterpaparan dan Kerentanan
Terjadinya penyakit dapat dikatakan sebagai hasil interaksi antara faktor penjamu dengan faktor agen. Untuk terjadi perubahan, faktor agen memapar (melakukan pemaparan) terhadap penjamu, dan faktor penjamu sendiri menjadi peka sakit tergantung kepada kerentanannya.
Perubahan status sehat ke status sakit berkaitan dengan hasil keterpaparan yang dilakukan oleh agen, dan kerentanan tubuh manusia dalam menghadapi keterpaparan itu.
Tabel 3.1
Hubungan Interkasi Antara Kerentanan Penjamu
Dan Pemaparan Agen
Penjamu dan Agen Keterpaparan (oleh agen)
Ya Tidak
Kerentanan (dari penjamu) Ya Sakit Sehat
Tidak Sehat Sakit

Untuk menderita sakit seorang harus mengalami keterpaparan dan rentan/peka terhadap keterpaparan itu. Konsep ini sekaligus memberikan gambaran bahwa untuk mencegah penyakit dapat dilakukan dengan dua cara utama :
a. Menghindari keterpaparan. Misalnya memberikan desinfektan.
b. Menurunkan kerentanan penjamu sehingga menjadi lebih tahan terhadap gangguan. Misalnya dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi.

2. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
Penyakit merupakan salah satu bentuk gangguan kehidupan manusia yang telah dikenal sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari Yang Maha Pencipta. Hingga saat ini masih banyak kelompok masyarakat di negara berkembang yang menganut konsep tersebut. Di lain pihak, masih ada gangguan kesehatan/penyakit yang belum jelas penyebabnya maupun proses kejadiannya.
Pada masa berikutnya, Hippocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam teori ini tidak dijelaskan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit, terlebih tidak dijelaskan bagaimana faktor lingkungan itu dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa – sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya. Teori ini berkembang terutama pada abad pertengahan dan pada waktu itu lebih mengarah kepada kebersihan lingkungan terhadap peninggalan makhluk hidup. Contoh pengaruh tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang dikira karena sisa – sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada dirawa – rawa (malaria artinya daerah yang jelek) dan masih ada masyarakat yang tetap menganut teori ini.
Akhirnya pada abad – abad selanjutnya terjadi perubahan yang cukup besar dalam konsep penyakit yang bermula dari didapatkannya mikroskop. Konsep penyakit mulai mengacu kepada adanya peranan jasad renik, perkembangan selanjutnya mengantar para ahli kearah yang lebih maju, sehingga selain jasad renik, disusul pula dengan teori imunitas dan hormonal yang semakin berkembang pada saat ini. Manusia mulai optimis dalam menghadapi berbagai penyakit dengan antibiotika, pemberian imunitas (kekebalan) dan semacamnya.
Ternyata kemudian setelah penyakit menular mulai dapat diatasi pada negara – negara maju, muncullah masalah baru dengan munculnya penyakit tidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya banyak berkaitan dengan berbagai faktor seperti faal tubuh, proses degenerasi, faktor genetika dan berbagai faktor lainnya yang sangat berkaitan satu sama lain. Gambaran ini diperoleh dari berbagai pengamatan epidemiologi terhadap berbagai jenis penyakit tersebut.
Dewasa ini semakin disadari dan dianut teori bahwa faktor penyebab penyakit tidak dapat dilepaskan dengan adanya berbagai faktor yang saling berkaitan dan berperan dalam proses terjadinya penyakit. Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab itu dan jika faktor itu dapat mengalahkan kemampuan faal tubuh manusia maka seseorang menjadi jatuh sakit.
Ketika sedang merajalelanya penyakit infeksi kausa bakteri di dunia, Robert Kock (1843-1910) memperkenalkan suatu postulat dalam menunjuk suatu kuman sebagai penyebab penyakit yang terdiri dari lima syarat, yaitu :
1. Organisme ditemukan pada semua kasus (dimana mungkin karena agen necessary).
2. Organisme diisolasi dari pasien dan dapat tumbuh pada kultur murni.
3. Penyakit berkembang jika kultur murni diinokulasi kedalam binatang yang peka.
4. Kuman dapat ditemukan pada binatang yang mati.
5. Kuman tidak terdapat sebagai non-pathologenic organisme jika penyakit tidak ada.

3. Hubungan Penyebab Dan Penyakit
Dalam epidemiologi, penyebab penyakit perlu diketahui dengan maksud untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dan untuk berupaya mencegah beraksinya faktor penyebab itu. Dilihat dari segi epidemiologis, kejadian penyakit umumnya berkaitan dengan sejumlah penyebab. Sebaliknya, satu penyebab dapat juga menyebabkan beberapa penyakit.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya suatu penyakit dapat menciptakan suatu model yang disebut Jaringan Kausa (web of causation). Karena bentuknya seperti jaringan sarang laba-laba, jaringan ini disebut juga jaringan kausal sarang laba-laba.
Jaringan kausa yang rumit ini tentu mengakibatkan sulitnya menentukan yang mana penyebab utama atau penyebab langsung dari penyakit. Namun jika suatu penyakit atau masalah kesehatan mempunyai beberapa kemungkinan penyebab berarti masalah itu dapat “diserang” dengan upaya pencegahan dari berbagai arah. Jika satu serangan gagal, serangan lain mungkin berhasil dan memberikan keberhasilan memutus sarang laba-laba sang penyakit.

4. Model Hubungan Kausal
Hubungan antara faktor kausa dan penyakit dapat mempunyai beberpa bentuk (Dever, 20-21) :
a. Single Cause / Single Effect Model
b. Multiple Cause / Single Effect Model
c. Multiple Cause / Multiple Effect Model
Dari ketiga model ini, epidemiologi cenderung menganut model ketiga yang sesuai dengan konsep multikausa. Berbagai contoh dari model multi-kausal pada beberapa penyakit yang menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat ditahun 1977 (Dever, 177). Dikemukan bahwa penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dengan faktor-faktor kausa yang meliputi merokok, hipertensi, diabetes, stres dan riwayat keluarga.

5. Beberapa Istilah Kausa
Beberapa istilah lain yang perlu juga diketahui dalam hubungannya dengan kausa :
a. Kausa mutlak yaitu suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan suatu penyakit tertentu.
b. Kausa esensial yaitu kausa yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
c. Kausa sufisien yaitu kausa umumnya beberapa kausa yang secara bersama-sama saling mencukupi untuk menyebabkan penyakit.

6. Faktor Agen Penyakit
Dalam rantai epidemiologi suatu penyakit, faktor penyebab itu lebih dikenal sebagai faktor agen yang dapat meliputi faktor-faktor berikut ini :
a. Faktor biologis
1) Bakteri pada penyakit tuberkulosis dan sifilis.
2) Protozoa sebagai agen penyakit amebiasis dan malaria.
3) Fungi sebagai penyebab histoplasmosis.
4) Virus sebagai agen campak, mumps dan polio.
b. Faktor fisik, seperti radiasi, trauma.
c. Faktor kimiawi, seperti asbes, cobal.
d. Faktor sosial, seperti perilaku dan gaya hidup.
Dalam menyebabkan terjadinya penyakit faktor agen ini bisa sendiri – sendiri bahkan sering bersama faktor agen lainnya menimbulkan gangguan patologis pada organ tubuh manusia yang berlanjut dengan terjadinya penyakit tertentu.
C. MASALAH KESEHATAN
Luas masalah kesehatan bukanlah seluas suatu bidang yang sederhana dan sempit. Kesehatan dapat mencakup keadaan fisik, mental dan sosial. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 1947) menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja. (Kotak 3.1)
Dalam Undang – Undang no.9/1960 tentang Pokok – Pokok Kesehatan, Pasal 2 dinyatakan : Yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang – undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dn sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Selanjutnya batasan kesehatan berkembang pada peraturan tentang pokok – pokok kesehatan berikutnya. Dalam Undang – Undang RI no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 1 dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kotak 3.1
Pengertian Sehat

Dengan demikian sehat mempunyai pengertian yang sangat luas, sehat fisik, sehat mental dan sehat sosial. Secara lebih jelas ruang lingkup sehat dan masalah kesehatan dapat meliputi 6D yakni (Fletcher, 4) :
1. Death (kematian)
2. Disease (penyakit)
3. Disability (kecatatan)
4. Discomfort (kekurang-nyamanan)
5. Dissatisfaction (kekurang-puasan)
6. Destitution (kemelaratan)
Liputan 6D ini mencakup masalah kesehatan dari aspek sosial ekonomi (destitution) sampai ke liang lahat (kematian). Perbedaan nilai dari masing – masing aspek ini kemudian akan menyebabkan perlu cara pendekatan tersendiri. Misalnya untuk masalah ekonomi memerlukan pendekatan ekonomi kesehatan (health economy). Ekonomi kesehatan akan banyak melihat masalah ekonomi dari status ekonomi masyarakat, khususnya masalah kemiskinan atau kesehatan pada kelompok orang/keluarga miskin. Jatuh miskin akan membawa resiko lebih tinggi untuk jatuh sakit, dan selanjutnya orang miskin yang sakit lebih susah berobat dan sembuh karena keterbatasan kemampuan ekonominya mendapatkan dan memakai pelayanan kesehatan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada.

B. Saran
Perlunya sosialisasi ke masyarakat luas tentang konsep sehat sakit agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berkepanjangan teutama di daerah – daerah terpencil.

Senin, 20 Juni 2011

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2005).
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan perawat – klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

D. Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan Perry dalam Christina, dkk.,2003) :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik :
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Pembendaharaan Kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
c. Arti denotatif dan konotatif
Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi dan kondisi klien. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
d. Intonasi Nada
Suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
2. Komunikasi non Verbal
Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu :
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya.
b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur

c. Ekpresi wajah
Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, terkejut, takut, marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal.
d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.

Rabu, 01 Juni 2011

ATRIAL SEPTAL DEFEK

A. Definisi
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.
Kelainan jantung ini mirip seperti VSD (ventrikel septal defek), tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.
Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu :
1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.
2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.

B. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
- Ibu menderita infeksi Rubella.
- Ibu alkoholisme.
- Umur ibu lebih dari 40 tahun.
- Ibu menderita IDDM.
- Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor genetik.
- Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB.
- Ayah atau ibu menderita PJB.
- Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down.
- Lahir dengan kelainan bawaan lain

C. Manifestasi Klinik
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia).
Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa :
- Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
- Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
- Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
- jantung berdebar-debar (palpitasi)
- Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan
- Aritmia

D. Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

E. Penatalaksanaan
Menutup ASD pada masa kanak-kanak bisa mencegah terjadinya kelainan yang serius di kemudian hari. Jika gejalanya ringan atau tidak ada gejala, tidak perlu dilakukan pengobatan.
Jika lubangnya besar atau terdapat gejala, dilakukan pembedahan untuk menutup ASD. Pengobatan pencegahan dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi resiko terjadinya endokarditis infektif.
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain.
Terapi intervensi non bedah, ASO adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat Nitinol yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.
Kriteria penderita ASD yang akan dilakukan pemasangan ASO :
1. ASD sekundum.
2. Diameter kurang atau sama dengan 34 mm.
3. Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda beban volume pada ventrikel kanan.
4. Mempunyai rim minimal 5 mm dari sinus koronarius, katup atrio-ventrikular, katup aorta dan vena pulmonalis kanan.
5. Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan intervensi bedah.
6. Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri.
7. Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru (Pulmonary Artery Resistance Index = PARi) kurang dari 7 - 8 U.m2
8. Bila ada gagal jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
2. Ekokardiografi
3. Doppler berwarna
4. Ekokardiografi transesofageal
5. Angiografi koroner (untuk penderita diatas 35 tahun)
6. MRI dada
7. Laboratorium
8. EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum ; RBBB, RVH.EKG menunjukkan adanya fibrilasi atrium atau pembesaran atrium kanan.
9. Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan
10. TEE (Trans Esophageal Echocardiography)

G. Pengkajian
1. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
- Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada.
- Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup pulmonalis.
- Tanda-tanda gagal jantung.
- Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan aliran darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis.

2. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
3. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi :
a. Inspeksi
- Status nutrisi
- Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
- Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
- Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
- Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
- Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
- Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.
- Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.

b. Palpasi dan perkusi
- Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi.
- Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.

c. Auskultasi
- Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
- Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
- Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah)
- Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.

H. Diagnosa dan Intervensi
1. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
Intervensi :
a. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b. Beri obat penurun afterload sesuai program.
c. Beri diuretik sesuai program

2. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen.
Intervensi :
a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.

3. Diagnosa keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
Intervensi :
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.

4. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
Intervensi :
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi.
b. Beri istirahat yang adekuat.
c. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.

5. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi.
Intervensi :
a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi : Gagal jantung kongestif :
- Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas ringan.
- Takipnea.
- Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada bayi.
- Keletihan.
- Penambahan berat badan yang tiba-tiba.
- Distress pernapasan.
- Toksisitas digoksin.
- Muntah (tanda paling dini).
- Mual.
- Anoreksia.
- Bradikardi.
- Disritmia.
- Peningkatan upaya pernapasan – retraksi, mengorok, batuk, sianosis.
- Hipoksemia – sianosis, gelisah.
- Kolaps kardiovaskular – pucat, sianosis, hipotonia.

b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik.
- Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
- Tetap tenang.
- Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
- Hubungi praktisi.

c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.

6. Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD).
Intervensi :
a. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.

Kamis, 26 Mei 2011

NEBULIZER

A. Tindakan Keperawatan
Inhalasi Nebulizer

B. Pengertian dan Tujuan
Nebulizer adalah suatu jenis cara inhalasi dengan menggunakan alat pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti hujan/uap untuk dihisap. Biasanya untuk pengobatan saluran pernafasan.
Tujuan :
1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
2. Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas, sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
4. Melegakan pernafasan.
5. Mengurangi pembekakan selaput lendir.
6. Mencegah pengeringan selaput lendir.
7. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan

C. Diagnosa Keperawatan Untuk Tindakan Yang Dilakukan
Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipereksresi mukus.

D. Persiapan Alat
1. Nebulizer dan tube penghubung (connecting tube).
2. Tube berkerut, pendek
3. Cannula oksigen
4. Sumber kompresi gas (oksigen atau udara) atau kompresor udara.
5. Medikasi/obat yang akan diberikan melalui nebulizer (Lihat Tabel)

E. Persiapan Pasien
1. Tempatkan pasien pada posisi tegak (40-90°), yg memungkinkan klien ventilasi dalam dan pergerakan diafragma maksimal.
2. Kaji suara napas, pulse rate, status respirasi, saturasi oksigen sebelum medikasi diberikan.
3. Kaji heart rate selama pengobatan. Jika heart rate meningkat 20 kali permenit, hentikan terapi nebulizer. Pada pasien hamil, heart rate fetus harus dikaji.
4. Instruksikan pasien utk mengikuti prosedur dengan benar. Lakukan perlahan, napas dalam dan tahan napas saat inspirasi puncak beberapa saat



F. Prosedur Kerja
1. Berikan oksigen suplemen, dengan flow rate disesuaikan menurut kondisi/keadaan pasien, pulse oximetry, atau hasil gas darah arteri. Inhalasi katekolamin dapat mengubah rasio ventilasi-perfusi paru dan memperburuk hipoksemia untuk periode singkat (Anderson, 1989 dalam Proehl, 1999).
2. Pasang nebulizer dan tube, dan masukan obat ke dalam nebulizer sesuai program.
3. Tambahkan sejumlah normal saline steril ke nebulizer sesuai program.
4. Hubungkan nebulizer ke sumber kompresi gas. Berikan oksigen 6-8 L/menit. Sesuaikan flow rate oksigen sampai kabut yang keluar sedikit/tipis. Jika terlalu kuat arusnya obat dapat terbuang sia-sia.
5. Pandu pasien untuk mengikuti tehnik bernapas yang benar.
6. Lanjutkan pengobatan sampai kabut tidak lagi diproduksi
7. Kaji ulang suara napas, pulse rate, saturasi oksigen, dan respiratory rate.
8. Pemberian mungkin membutuhkan waktu selama 30-40 menit (Jhonson, 1990 dalam Proehl, 1999)

G. Resiko Bila Tindakan Tidak Dilakukan
1. Peradangan saluran pernafasan bagian atas meningkat.
2. Sesak tidak berkurang arena adanya selaput lendir saluran nafas bagian atas.
3. Terjadi sianosis

H. Resiko Bila Tindakan Dilakukan
1. Sesak berkurang.
2. Melegakan saluran pernafasan.
3. Mengurangi resiko peradangan.

Kamis, 07 April 2011

DISOMNIA

A. Pengertian
Dilihat dari jenisnya, insomnia terbagi dua yaitu parasomnia dan disomnia. Pada bab ini akan dibahas mengenai disomnia.
Disomnia adalah masalah untuk masuk tidur atau mendapatkan tidur yang cukup berkualitas baik dalam gangguan jumlah, waktu dan kualitas tidur, atau dengan kata lain keadaan dimana penderita sulit menutup mata.

B. Jenis Disomnia
1. Primary Insomnia (Insomnia Primer)
Adalah kesulitan untuk masuk tidur, mempertahankan tidur dan memperoleh manfaat tidur atau tidur yang tidak restoratif (orang tidak merasa telah cukup beristirahat setelah tidur dalam jumlah normal).
2. Primary Hypersomnia (Hipersomnia Primer)
Adalah keluhan mengantuk eksesif yang tampak dalam bentuk episode – episode tidur yang terlalu lama atau episode – episode tidur di siang bolong.
3. Narcolepsy (Narkolepsi)
Adalah serangan refreshing sleep (tidur yang membuat badan segar ketika bangun) yang bersifat tiba tiba yang tidak dapat ditentang, yang terjadi setiap hari dan disertai dengan episode episode hilangnya muscle tone (kekencangan otot) yang berlangsung dalam waktu singkat.
4. Breathing-Related Sleep (Tidur yang Terkait dengan Pernapasan)
Adalah disrupsi tidur yang mengakibatkan kantuk yang eksesif atau insomnia yang disebabkan oleh kesulitan bernapas yang terkait dengan tidur.
5. Circadian Rythm Sleep Disorder / Sleep Wake Schedule Disorder (Gangguan tidur Ritme Sirkadian / Gangguan Jadwal Tidur Terjaga)
Adalah disrupsi tidur yang menetap atau berulang kali terjadi, yang mengakibatkan kantuk yang eksesif atau insomnia, yang disebabkan oleh adanya mismatch antara jadwal tidur dan terjaga karena dipaksa oleh lingkungan dan pola tidur terjaga sirkadiannya.

C. Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan.
Gangguan tidur bisa dialami dengan berbagai cara :
1. Sulit untuk tidur
2. Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering bangun)
3. Bangun terlalu awal

Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala disomnia. Gejala yang dialami waktu siang hari adalah :
1. Mengantuk
2. Resah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Sulit mengingat
5. Gampang tersinggung

Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat. Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini, riwayat obat yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram malam hari perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme tidur,dan apnea tidur

Kamis, 24 Maret 2011

SARAF OTAK VI ( NERVUS ABDUSEN N.VI )

KELUMPUHAN LESI VI
Lesi N VI melumpuhkan otot rektus lateralis, jadi melirik kearah luar ( lateral, temporal) terganggu pada mata yang terlibat, yang mengakibatkan diplopia horisontal. Bila pasien melihat lurus kedepan, posisi mata yang telibat sedikit mengalami aduksi, disebabkan oleh aksi yang berlebihan dari otot rektus medialis yang tidak terganggu.

PENYEBAB GANGGUAN N VI
Beberapa penyebab gangguan N VI adalah :
1. Vaskuler, misalnya pada :
- Infark
- Arteritis
- Anerisma (a.basilaris)
2. Trauma, misalnya :
- Fraktur os petrosum
3. Tekanan intrakranial tinggi
4. Mastoiditis
5. Meningitis
6. Sarkidosis
7. Glioma di pons

Saraf ini panjang jalanya intrakranial, yang membuatnya rawan terhadap gangguan, misalnya oleh fraktur dasar tulang tengkorak, tumor otak, meningitis basalis, lesi di sinus lavernosus, atau fisura orbitalis superior. Kelumpuhan abdusen dapat terjadi pada tekanan intrakranial yang tinggi, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai lokalisasi.

Kelumpuhan otot mata multipel
Pada parases otot yang multipel, perlu dipikirkan kelumpuhan lebih dari satu saraf, misalnya oleh proses di sinus kavernosus atau fisura orbitalis superior. Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan miasrenia gravis. Pada miastenia gravis, disamping proses otot penggerak bola mata dapat pula dijumpai ptosis. Melihat ganda dapat pula terjadi oleh miopati karena penyakit Graves.
Fungsi N III, IV, VI saling berkaitan dan diperiksa secara bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokular dan mengangkat kelopak mata.
Cara pemeriksaan :
Selagi wawancara dengan pasien perhatikan celah matanya, apakah ada ptosis, eksoftalmus, enoftalmus dan apakah ada strasbismus (jereng). Selain itu , apakah cenderung memejamkan matanya yang kemungkinan disebabkan oleh diplopia.
Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus.
Kerusakan nervus VI saja biasanya tidak mempunyai nilai lokalisasi; ia mudah terganggu karena jalan sarafnya yang panjang. Ia dapat lumpuh pada tekanan intrakranial yang tinggi. Dibatang otak, letak inti-inti serta serabut-serabut sangat berdekatan, karenanya jarang dijumpai lesi yang tersendiri.
Kita mengenal beberapa macam sindrom. Sindrom Millard Gubler adalah salah satu sindrom yang ditandai oleh kelumpuhan nervus VI dan VII ipsilateral jenis lower motor neuron dan hemiplegi kontralateral jenis upper motor neuron, yang disebabkan oleh lesi didaerah pons.

Selasa, 22 Maret 2011

Filsafat Ilmu

KONSEP TAHU

A. APA ITU TAHU ?
Orang tahu dikatakan mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu. Pengetahuan harus sesuai dengan objek yang diketahui. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu. Dan filsafat dimulai dari rasa ingin tahu yang melahirkan pengetahuan dan munculnya kepastian. Manusia tahu akan sesuatu, tahu akan alam sekitar, dirinya sendiri, orang lain, yang baik dan buruk. Indah atau jelek. Rasa ingin tahu tersebut dirangsang oleh alam sekitar.

B. GEJALA TAHU
Bahwa manusia itu tahu sesuatu,rasanya tak dapat disangkal lagi bahwa manusia tahu akan dunia disekitarnya. Bagaimana manusia itu dapat tahu dan dari mana sumbernya, dan apakah sebenarnya tahu itu jika orang dikatakan bahwa ia tahu ?
Gejala tahu :
a. Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu, pada prinsipnya jika orang mencari tahu ia akan berkata apa ini,apa itu, apa sebabnya,mengapa begini, mengapa begitu, dan pertanyaan ini timbul dari keingintahuan dan kegunaannya atas keanekaragaman atas segala sesuatu disekitarnya.
b. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar dan tidak benar adalah keliru. Oleh sebab itu tahu benar adalah dasar dari sebuah tindakan tapi ada juga orang yang mengira bahwa tahunya benar padahal keliru menurut orang lain tapi setelah ia sadar bahwa tahunya keliru maka puasnya lenyap.
c. Kalau manusia ingin tahu apakah yang hendak dikatahuinya? Yang hendak diketahui orang adalah kekaguman yang merangsang orang untuk mencari tahu dan adapun yang mengelilingi orang adalah dunia dan seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan asl ada. Yang yang tidak adapun jadi mungkin jadi mungkin ada itupun ingin diketahui. Dengan kata lain objek tahu adalah apa saja yang ada dan mungkin ada, akan tetapi keingintahuan manusia hanyalah sebatas pada masa hidupnya. Dengan demikian manusia itu dirangsang oleh alam sekitarnya dan ransangan ini pada prisipnya berhubungan dengan panca indra yang terdiri dari penciuman, penglihatan, pendengaran , perasaan lidah dan perasaan badan. Terlepas dari berapa jumlah indra yang dimiliki oleh manusia, indralah yang pertama tama bersentuhan dengan alam, dan inilah yang disebut pengalaman , dan objek dari panca indra ini adalah manusia.
d. Jadi manusia yang tahu itu tahulah bahwa ia tahu seperti analisa ini ‘manusia tahu benar bahwa manusia tidak tahu sesuatu maka bertanyalah ia kepada orang lain lalu diberi tahu maka ia tahu’ begitu juga sebaliknya jika ia keliru.

Sebagai kesimpulan dari keempat gejala diatas adalah :
1. Manusia ingin tahu.
2. Manusia ingin tahu yang benar.
3. Objek tahu adalah yang ada dan mungkin ada.
4. Manusia tahu bahwa ia tahu.

C. TAHU PENGETAHUAN
Putusan. Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan, pengakuan sesuatu terhadap sesuatu disebut “ putusan “ dan pada dasarnya pengetahuan dan putusan itu sama. Sehingga orang yang tidak tahu tidak dapat mengambil keputusan. Dasar pengakuan itu disebut subjek dan diakui terhadap subjek itu disebut predikat.
Ada dua macam pengetahuan, yaitu :
- Pengetahuan khusus yang mengenai satu saja.
- Pengetahuan umum yang berlaku bagi seluruh macam dan masing – masing dalam macamnya.
Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Yang perlu diingat, bahwa pengetahuan umum ini memang agak aneh, sebab yang bersentuhan dengan manusia ialah pengetahuan yang khusus, tidaklah manusia yang berindra itu bertemu dengan yang umum. Hanya manusia memiliki pengetahuan umum ini juga melalui indranya, jadi melalui persentuhan dengan yang khusus, satu per satu itu.
Jadi tahu hendaklah mencakup objeknya, setidak – tidaknya hendak mengetahui dasar dari pengetahuannya itu. Hal ini merupakan alat pengontrol juga bagi pengetahuannya tentang objek itu, sehingga persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang kita disebut “ kebenaran”.
Kebenaran. Jika orang tidak tahu akan salah satu aspek dari objeknya bukanlah ia keliru, hanya belum lengkap pengetahuannya. Yang dimaksud dengan kekeliruan adalah jika orang mengira tahu akan aspek objeknya, ternyata tidak. Maka kebenaran yang merupakan persesuaian antara tahu dengan objeknya disebut pula objektivitas, karena pengetahuan yang benar adalah pengetahuan obyektif.
Kekuatan putusan. Putusan tidak sama kuatnya. Kalau putusan itu pasti benar maka inilah yang amat kuat. Orang yang hendak tahu harus sadar dan mutlak bagi pengetahuan. Ada ungkapan Indonesia orang yang tak sadar akan dirinya sama artinya dengan orang yang tak tahu akan dirinya. Pada umumnya objek yang ada diluar kesadaran ini hanya memungkinkan pengetahuan manusia, karena objek itu memberi perangsang kepada manusia untuk tahu hasilnya (pengetahuan) dicetuskan berupa putusan. Kesimpulannya adanya pengetahuan benar atau salah jika sudah ada putusan. Dalam ilmu yang diutamakan adalah kebenaran logis (ontologism: ilmu tentang ada)
Kepastian. Jika pada suatu saat orang mempunyai alasan cukup, bahwa ia mengetahui benar tentang objeknya, ada keyakinan yang cukup beralasan bahwa pengetahuannya sesuai dengan objeknya maka ia mempunyai kepastian. Apakah keyakinan selalu mengandung kebenaran ? Tidak. Memang pengetahuan itu benar tetapi bukanlah keyakinan itu menjadi jaminan.
Sangsi. Manusia kalau mau jujur, tidak mau atau dapat mengadakan keputusan, paling-paling hanya dapat berkata, saya berpendapat demikian tetapi sebetulnya masih sangsi. Kesangsian itu menunjukkan sifat manusia juga. Kesangsian ini harus dibedakan dengan kata ragu-ragu, karena kesangsian mendorong orang untuk penyelidikan lebih lanjut sedangkan keraguan melemahkan manusia.
Kepercayaan. Keyakinan merupakan sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran, akan tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Ada keyakinan orang yang mempunyai kebenaran dan diberitahukan kepada orang dan kebenaran itu diterima oleh orang lain itulah yang disebut kepercayaan karena alasan untuk sangsi tidak ada. Dalam agama, kepercayaan ini merupakan unsur yang amat penting dan dalam hal ini amat masuk akal alasannya, karena kepercayaan kaum beragama ini diyakini karena diberitahukan oleh yang tidak dapat berdusta (Tuhan) atau paling tidak orang yang berwibawa yang mendapat tugas memberitakan kebenaran ini kepada orang. Percaya adalah menerima kebenaran demi kewibawaan.

Senin, 21 Maret 2011

ALZHEIMER

A. Konsep Dasar
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. ( Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, buku 2 hal 1003 ). Juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel – sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun ( Perawtan Medikal Bedah : jilid 1, hal 173 )
Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10 % orang dalam kelompok usia ini menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan populasi usia lanjut, dan diperkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi system pelayanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan bagi rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut dan dana riset ), tetapi juga akan menimbulkan stress bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya.

B. Etiologi
Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya :
1. Virus lambat dengan masa inkubasi 2 – 30 tahun
2. Proses otoimun ( dengan 2 tipe Amigdaloid )
3. Keracunan Aluminium ( yang paling Populer )
Salah satu penyebab yang mempersulit penegakan diagnosa Alzheimer adalah bukti yang hanya didapat dari hasil outopsi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai tiga tingkatan kondisi yang berbeda. Diagnosa Alzheimer ditegakkan setelah ditelusuri terjadi kehilangan daya ingatan diluar kondisi – kondisi berikut :
1. Anemia pernisiosa
2. Reaksi obat – obatan
3. Ketidakseimbangan Hormonal
4. Depresi
5. Penyalahgunaan obat dan alcohol
6. Tumr otak
7. Meningitis kronis
8. Trauma kepala
9. Penyakit Pick
10. Penyakit Parkinsonm dengan dimensia
Tanda dan gejala penyakit Alzheimer timbulnya progresif, kecepatan timbul bervariasi dari orang yang satu dengan orang yang lain. Pada beberapa kasus menurunnya kondisi sangat cepat, pada umumnya kekacauan berlangsung sedikit demi sedikit. Penyebab kematian biasanya pneumoni dan infeksi yang lain.

C. Manifestasi Klinis
Gejala – gejalanya sangat bervariasi :
1. Pada awal penyakit, kelupaan dan terjadi kehilangan ingatan atau memori yang rinci.
2. Keterampilan – keterampilan social dan pola–pola prilaku tetap utuh (pada awalnya )
3. Kelupaan termanifestasi banyak dalam tindakan keseharian sejalan dengan perkembangan penyakit, misalnya kehilangan arah dalam lingkungan yang sudah amat dikenal atau mengulang cerita yang sama
4. Kemampuan untuk merumuskan konsep – konsep dan berpikir secara abstrak menghilang
5. Dapat menunjukkan prilaku inpulsif yang tidak sesuai
6. Perubahan kepribadian negatif, misalnya : menjadi depresi, mudah curiga, paranoid, bermusuhan dan bahkan mengamuk
7. Keterampilan berbicara menyimpang pada suku – suku kata yang tidak berarti, agitasi dan peningkatan aktivitas fisik
8. Akhirnya akan membutuhkan bantuan untuk semua aspek kehidupan

D. Patofisiologi
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron – neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga terjadi kekusutan neurofibliar yang difus pada plak senilis ( makin banyak plak senilis makin berat gejala – gejalanya ). Kedua perubahan patologis terakhir ini bukan merupakan cirri khas penyakit Alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmitter dan enzim – enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmitter tersebut. Tampak adanya penurunan dari kolin asetiltransferase.
Pada otopsi otak penderita penyakit Alzheimer menunjukan pengurangan neurotransmiterasetilkolin yang bermakna, beberapa otak bahkan hanya mengandung 10 % kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan penurunan asetilkolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena somatostatin menurun pada otak penderita penyakit Alzheimer. Factor tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotosisitas dari aluminium. Crapter et al. ( 1979 ) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam sitem transfor membran pada pasien – pasien penyakit Alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromatin yang menyebabkan perubahan patologi dalam sintesis protein dan perubahan neurofibriliar.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk penyakit Alzheimer tidak ada yang spesifik. CT Scan dipakai menelusuri kondisi abnormal yang lain. Seringkali percobaan neuropsikologi dapat mengetahui perubahan ketidak mampuan berpikir. Riwat keluarga sering membantu menegakkan diagnosa.
Pasien yang memperlihatkan gejala – gejala dimensia harus diperiksa untuk dideteksi terhadap kemungkinan adanya penyebab nutrisional, endokrin dan infeksi yang reversible. Selain dari pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap, sering dilakukan pemeriksaan hitung sel darah lengkap elektrolit serum, vitamin B12 dan pemeriksaan fungsi thyroid.
Tes penglihatan dan pendengaran dilakukan untuk menentukan adanya penurunan ( kehilangan ) yang mungkin disebabkan oleh kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang melayang, perubahan persepsi sensoris ( salah satu dari gangguan kognitif ).

F. Pengobatan
1. Antipsikolitik seperti halopiridol, tioridozin, dapat digunakan untuk mengontol agitasi dan halusinasi
2. Mallril, jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang bersifat ektrapiramidal meningkatnya kekacauan mental, masalah penglihatan dan terutama gangguan berdiri dan berjalan.
3. Vasodilatator seperti siklondelat, dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
4. Ergoloid mesilat, meningkatkan metabolisme
5. Anti depresi, mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur.

Just Fun ^_^

Seorang sekretaris nan cantik ditugaskan oleh bosnya untuk menemani seorang raja minyak dr Arab yg menjadi klien penting bagi perusahaannya.
Tertarik oleh kecantikannya, si raja tiba-tiba memintanya utk menikahinya.

Tentu saja sekretaris itu terkejut namun ia teringat perintah bosnya untuk tidak mengecewakan kliennya itu dalam bentuk apapun. Karena itu, ia memikirkan cara untuk menolak ajakannya dengan halus.

"Baiklah, aku akan menikah denganmu dengan 3 syarat. Pertama, aku mau cincin kimpoi berlian 75 karat bertahtakan intan bermahkota tiga 200 karat."
Si raja terpekur sejenak dan kemudian mengangguk, "Ok, ok saya belikan, saya belikan"

Menyadari keadaan ini, si wanita kembali memikirkan syarat yang lebih susah. "OK, kedua, aku mau kamu buatkan istana di New York berkamar
100 dan sebagai rumah peristirahatan, aku mau vila di tengah kota Paris dengan 200 orang pelayan, 10 Ferarri dan 5 pesawat jet pribadi."

Sang raja minyak kembali terpekur, mengambil hand-phonenya dan mengontak sana sini. "Ok, ok, saya buatkan. Saya buatkan"
"Gawat !", pikir si sekretaris. Dengan peluh sebesar kacang kedelai, ia
kembali memikirkan syarat terakhir. Akhirnya, ia merasa mendapatkan syarat yang nyaris mustahil bisa dikabulkan oleh si raja ini. Sambil mengedipkan mata, ia berkata,

"Oh, baiklah. Ini yang terakhir. Aku suka sekali dengan seks dan karenanya
aku mau laki-laki yg menjadi suamiku mempunyai penis sepanjang 30 cm."
Si raja tampak kecewa sekali dengan syarat terakhir ini. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesenggukan. Akhirnya, sambil mengusap air mata dan menatap wanita itu dengan sedih, ia berkata,
"Ok, ok, saya potong, saya potong"

TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG :D hehehe

Minggu, 20 Maret 2011

HALUSINASI

JENIS – JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran 70%
Karakteristik : Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

2. Penglihatan 20%
Karakteristik : Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3. Penciuman
Karakteristik : Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

4. Pengecapan
Karakteristik : Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5. Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6. Cenesthetic
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.

7. Kinisthetic
Karakteristik : Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
NERVE CONDUCTION VELOCITY


A. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaanneurologfik adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Walaupun pemeriksaan neurologik sering terbatas pada pemeriksaan yang sederhana, namun hal ini penting diketahui oleh orang yang melakukan pemeriksaan, sehingga mampu untuk melakukan pemeriksaan neurologik dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit dan keadaan fisik lainnya.
Otak dan medulla spinalis tidak dapat dilihat, diperkusi, dipalpasi dan diauskultasi secara langsung seperti system lain pada tubuh. Pemeriksaan neurologik dibagi menjadi lima komponen : fungsi serebral, saraf-saraf cranial, system motorik, system sensorik dan status refleks. Segi lain dari pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan neurologik yang dilakukan melalui rangkaian logis dan diikuti dari tingkat yang lebih dari fungsi kortikal kearah sebuah penentuan integritas saraf-saraf periferal.
Banyak fungsi neurologik pasien dikaji selama pengkajian riwayat dan pengkajian fisik rutin. Salah satunya adalah mempelajari banyak tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik dan kordinasinya. Aktivitas yang sederhana yang dapat memberikan informasi banyak bagi orang yang melakukan pengkajian adalah pada saatberjabat tangan dengan pasien.


B. Pemeriksaan Konduksi Saraf
Pemeriksaan konduksi saraf dapat dilakukan dengan menstimulasi saraf perifer pada titik-titik yang luas, sepanjalng jalan perifer dan merekam potensial aksi otot atau potensial aksisensori yang dihasilkan. Permukaan atau jarum elektroda ditempatkan pada kulit berakhir pada saraf untuk menstimulasi serabut-serabut saraf . Uji ini digunakan dalam pemeriksaan saraf dengan neuropati.

C. Kecepatan Penjalaran Pada Serat Saraf
Kecepatan penjalaran pada serat saraf bervariasi dari 0,25 m/detik pada serat tak bermielin yang sangat kecil sampai sebesar 100 m/detik. (panjang lapangan sepak bola dalam satu detik) pada serat sarafbermielin yang sangat besar. Pada serat saraf bermielin , kecepatan meningkat kira-kira sesuai dengan diameter serat, dan pada serat yang tidak bermielin , sesuai dengan akar kuadrat diameter serat.

D. Perangsangan – Proses Pencetusan Potensial Aksi.
Pada dasarnya setiap faktor yang menyebabkan ion natrium mulai berdifusi kedalam melalui membran dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan pembukaan regeneratif saluran natrium secra otomatis.Hal ini dapat merupakan akibat dari gangguan mekanis sederhana pada membran, pengaruh kimia pada membran atau adanya aliran listrik diseluruh membran. Semua faktor ini dipakai pada berbagai titik dalam tubuh untuk menimbulkan potensial aksi saraf atau otot.



E. Perangsangan Serat Saraf Oleh Muatan Negatif Dari Elektroda
Cara yang biasa digunakan untuk merangsang saraf atau otot dalam laboratorium percobaan adalah memberi listrikpada permukaan saraf atau otot diseluruh kedua elektroda kecil, yang salah satunya bermuatan negatif dan yang lainnya bermuatan positif. Bila hal ini terjadi, kita temukan bahwa membran yang mudah dirangsang menjadi mudah terangsang pada elektroda negatif.
Penyabab dari pengaruh ini adalah sebagai berikut : Ingatlahbahwa potensial aksi ditimbulkan oleh terbukanya saluran natrium bergerbang voltase. Selanjutnya saluran ini dibuka oleh penurunan voltase listrik yang melintasi membran. Artinya aliran negatif yang berasal dari elektroda akanmengurangi voltase disisi luar membran menjadi nilai negatif yang mendekati voltase pada potensial negatif disisi dalam serat. Hal ini akan menurunkan voltase listrik yang melintasi membran dan meudahkan pembukaan saluran natrium, sehingga menimbulkan potensial aksi. Sebaliknya pada anoda , masuknya muatan listrik pada sisi luar membran saraf akan meningkatan perbedaan voltase yang melintasi membran dan bukan menurunkannya. Hal ini akan menyebabkan keadaan hiperpolarisasi yang akan menurunkan perangsangan serat dan bukan menimbulkan potensial aksi.

F. Kecepatan Hantar Saraf (KHS) = Nerve Conduction Velocity
Pemeriksaan KHS ini mencakup 2 hal, yaitu :
1. Kecepatan Hantar Sarf Tepi (KHST) motorik dan sensorik.
Saraf tepi tang diperiksa adalah saraf tepi pada bvagian lengan dan tungkai, yaitu Nervus Ulnaris dan Nervus Medianus pada lengan dan Nervus Tibialis dan NervusProneus pada tungkai.
Pada pemeriksaan KHST motorik, maka electrode perangsang kita tempatkan dititik proksimal, sedangkan elektroda pencatat kita tempatkan dititik distal dan saraf yang hendak kita periksa.
Pada pemeriksaan KHST sensorik kita lakukan sebaliknya, yaitu elektroda peransang kita tempatkan pada titik distal dan elektroda pencatat pada titik yang proksimal.
Kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan osilograf katoda sedemikian rupa sehingga artefak mulai dan tibanya stimulus “Evolued Potential” dapat direkam dengan baik. Masa diantara artefak dan tibanya stimulus “Evolued Potential” itu dinamai masa laten.

Jarak antara elektroda perangsang dan elektroda pencatatat.
KHST =
Masa laten.


KHST yang normal bagi :
☺ Nervus Ulnaris adalah : 47 – 72 m/detik
☺ Nervus Medianus adalah : 46 – 72 m/detik
☺ Nervus Proneus adalah : 42 – 63 m/detik
☺ Nervus Tibialis adalah : 40 – 67 m/detik

Bila lesi hanya mengenai satu saraf saja disatu sisi (misalnya mengenai Nervus Medianus pada “Carpal Tunnel Syndrom” di tangan kanan) maka KHST dapat ditetapkan pada Nervus Medianus pada tangan kanan dankiri, kemudian membandingkan gambaran yang diperoleh . Dalam contoh tadi sudah pasti KHST pada Nervus Medianus kanan adalah lebih kecil daripada KHST Nervus Medianus kiri, artinya masa laten pada rekamanyang diperoleh pada tangan kanan adalah lebih besar daripada masa laten direkaman tangan kiri.
2. Evoted Cerebral Potential
Pada pemeriksaan ini perekaman kulit dirangsang pada satu tempat tertentu. Setelah suatu masa laten tertentu, Perangsangan ini akan menimbulkan reaksi potensial pada permukaan otak.