Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. . .
Selamat datang di blog saya, semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda ^_^

Senin, 18 Juli 2011

SEHAT SAKIT DAN MASALAH KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang – kadang bisa dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEHAT
Sehat dan sakit adalah suatu kejadian yang merupakan rangkaian proses yang berjalan terus menerus dalam kehidupan masyarakat.
Secara sederhana konsep sehat – sakit dapat dianggap bergerak dari suatu titik sehat ke titik sakit melalui suatu garis horizontal, ataupun sebagai suatu variabel kontinu.
Sebagai ilustrasinya, digambarkan sebagai berikut :
>> (*)
Konsep sederhana ini kemudian mengalami perkembangan yang begitu pesat searah dengan tuntutan kemajuan iptek dan perkembangan sosial budaya masyarakat. Karena itu, misalnya sehat yang dulu dapat dijelaskan hanya sekadar dengan menyatakannya dengan “tidak sakit” menjadi suatu hal yang sulit dimengerti. Demikian juga pertanyaan mengapa terjadi sakit, tidaklah menjadi suatu pertanyaan yang mudah dijawab atau hanya mempunyai satu jawaban tunggal. Hal itu ditandai dengan berkembangnya konsep sakit yang semula single-kausa menjadi multi-kausa. Selain itu, berkembang pula teori yang memandang sehat sebagai suatu variabel kontinu.

B. SAKIT DAN PENYAKIT
1. Keterpaparan dan Kerentanan
Terjadinya penyakit dapat dikatakan sebagai hasil interaksi antara faktor penjamu dengan faktor agen. Untuk terjadi perubahan, faktor agen memapar (melakukan pemaparan) terhadap penjamu, dan faktor penjamu sendiri menjadi peka sakit tergantung kepada kerentanannya.
Perubahan status sehat ke status sakit berkaitan dengan hasil keterpaparan yang dilakukan oleh agen, dan kerentanan tubuh manusia dalam menghadapi keterpaparan itu.
Tabel 3.1
Hubungan Interkasi Antara Kerentanan Penjamu
Dan Pemaparan Agen
Penjamu dan Agen Keterpaparan (oleh agen)
Ya Tidak
Kerentanan (dari penjamu) Ya Sakit Sehat
Tidak Sehat Sakit

Untuk menderita sakit seorang harus mengalami keterpaparan dan rentan/peka terhadap keterpaparan itu. Konsep ini sekaligus memberikan gambaran bahwa untuk mencegah penyakit dapat dilakukan dengan dua cara utama :
a. Menghindari keterpaparan. Misalnya memberikan desinfektan.
b. Menurunkan kerentanan penjamu sehingga menjadi lebih tahan terhadap gangguan. Misalnya dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi.

2. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
Penyakit merupakan salah satu bentuk gangguan kehidupan manusia yang telah dikenal sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari Yang Maha Pencipta. Hingga saat ini masih banyak kelompok masyarakat di negara berkembang yang menganut konsep tersebut. Di lain pihak, masih ada gangguan kesehatan/penyakit yang belum jelas penyebabnya maupun proses kejadiannya.
Pada masa berikutnya, Hippocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam teori ini tidak dijelaskan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit, terlebih tidak dijelaskan bagaimana faktor lingkungan itu dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa – sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya. Teori ini berkembang terutama pada abad pertengahan dan pada waktu itu lebih mengarah kepada kebersihan lingkungan terhadap peninggalan makhluk hidup. Contoh pengaruh tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang dikira karena sisa – sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada dirawa – rawa (malaria artinya daerah yang jelek) dan masih ada masyarakat yang tetap menganut teori ini.
Akhirnya pada abad – abad selanjutnya terjadi perubahan yang cukup besar dalam konsep penyakit yang bermula dari didapatkannya mikroskop. Konsep penyakit mulai mengacu kepada adanya peranan jasad renik, perkembangan selanjutnya mengantar para ahli kearah yang lebih maju, sehingga selain jasad renik, disusul pula dengan teori imunitas dan hormonal yang semakin berkembang pada saat ini. Manusia mulai optimis dalam menghadapi berbagai penyakit dengan antibiotika, pemberian imunitas (kekebalan) dan semacamnya.
Ternyata kemudian setelah penyakit menular mulai dapat diatasi pada negara – negara maju, muncullah masalah baru dengan munculnya penyakit tidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya banyak berkaitan dengan berbagai faktor seperti faal tubuh, proses degenerasi, faktor genetika dan berbagai faktor lainnya yang sangat berkaitan satu sama lain. Gambaran ini diperoleh dari berbagai pengamatan epidemiologi terhadap berbagai jenis penyakit tersebut.
Dewasa ini semakin disadari dan dianut teori bahwa faktor penyebab penyakit tidak dapat dilepaskan dengan adanya berbagai faktor yang saling berkaitan dan berperan dalam proses terjadinya penyakit. Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab itu dan jika faktor itu dapat mengalahkan kemampuan faal tubuh manusia maka seseorang menjadi jatuh sakit.
Ketika sedang merajalelanya penyakit infeksi kausa bakteri di dunia, Robert Kock (1843-1910) memperkenalkan suatu postulat dalam menunjuk suatu kuman sebagai penyebab penyakit yang terdiri dari lima syarat, yaitu :
1. Organisme ditemukan pada semua kasus (dimana mungkin karena agen necessary).
2. Organisme diisolasi dari pasien dan dapat tumbuh pada kultur murni.
3. Penyakit berkembang jika kultur murni diinokulasi kedalam binatang yang peka.
4. Kuman dapat ditemukan pada binatang yang mati.
5. Kuman tidak terdapat sebagai non-pathologenic organisme jika penyakit tidak ada.

3. Hubungan Penyebab Dan Penyakit
Dalam epidemiologi, penyebab penyakit perlu diketahui dengan maksud untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dan untuk berupaya mencegah beraksinya faktor penyebab itu. Dilihat dari segi epidemiologis, kejadian penyakit umumnya berkaitan dengan sejumlah penyebab. Sebaliknya, satu penyebab dapat juga menyebabkan beberapa penyakit.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya suatu penyakit dapat menciptakan suatu model yang disebut Jaringan Kausa (web of causation). Karena bentuknya seperti jaringan sarang laba-laba, jaringan ini disebut juga jaringan kausal sarang laba-laba.
Jaringan kausa yang rumit ini tentu mengakibatkan sulitnya menentukan yang mana penyebab utama atau penyebab langsung dari penyakit. Namun jika suatu penyakit atau masalah kesehatan mempunyai beberapa kemungkinan penyebab berarti masalah itu dapat “diserang” dengan upaya pencegahan dari berbagai arah. Jika satu serangan gagal, serangan lain mungkin berhasil dan memberikan keberhasilan memutus sarang laba-laba sang penyakit.

4. Model Hubungan Kausal
Hubungan antara faktor kausa dan penyakit dapat mempunyai beberpa bentuk (Dever, 20-21) :
a. Single Cause / Single Effect Model
b. Multiple Cause / Single Effect Model
c. Multiple Cause / Multiple Effect Model
Dari ketiga model ini, epidemiologi cenderung menganut model ketiga yang sesuai dengan konsep multikausa. Berbagai contoh dari model multi-kausal pada beberapa penyakit yang menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat ditahun 1977 (Dever, 177). Dikemukan bahwa penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dengan faktor-faktor kausa yang meliputi merokok, hipertensi, diabetes, stres dan riwayat keluarga.

5. Beberapa Istilah Kausa
Beberapa istilah lain yang perlu juga diketahui dalam hubungannya dengan kausa :
a. Kausa mutlak yaitu suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan suatu penyakit tertentu.
b. Kausa esensial yaitu kausa yang harus ada untuk memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
c. Kausa sufisien yaitu kausa umumnya beberapa kausa yang secara bersama-sama saling mencukupi untuk menyebabkan penyakit.

6. Faktor Agen Penyakit
Dalam rantai epidemiologi suatu penyakit, faktor penyebab itu lebih dikenal sebagai faktor agen yang dapat meliputi faktor-faktor berikut ini :
a. Faktor biologis
1) Bakteri pada penyakit tuberkulosis dan sifilis.
2) Protozoa sebagai agen penyakit amebiasis dan malaria.
3) Fungi sebagai penyebab histoplasmosis.
4) Virus sebagai agen campak, mumps dan polio.
b. Faktor fisik, seperti radiasi, trauma.
c. Faktor kimiawi, seperti asbes, cobal.
d. Faktor sosial, seperti perilaku dan gaya hidup.
Dalam menyebabkan terjadinya penyakit faktor agen ini bisa sendiri – sendiri bahkan sering bersama faktor agen lainnya menimbulkan gangguan patologis pada organ tubuh manusia yang berlanjut dengan terjadinya penyakit tertentu.
C. MASALAH KESEHATAN
Luas masalah kesehatan bukanlah seluas suatu bidang yang sederhana dan sempit. Kesehatan dapat mencakup keadaan fisik, mental dan sosial. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 1947) menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan saja. (Kotak 3.1)
Dalam Undang – Undang no.9/1960 tentang Pokok – Pokok Kesehatan, Pasal 2 dinyatakan : Yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang – undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dn sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Selanjutnya batasan kesehatan berkembang pada peraturan tentang pokok – pokok kesehatan berikutnya. Dalam Undang – Undang RI no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 1 dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kotak 3.1
Pengertian Sehat

Dengan demikian sehat mempunyai pengertian yang sangat luas, sehat fisik, sehat mental dan sehat sosial. Secara lebih jelas ruang lingkup sehat dan masalah kesehatan dapat meliputi 6D yakni (Fletcher, 4) :
1. Death (kematian)
2. Disease (penyakit)
3. Disability (kecatatan)
4. Discomfort (kekurang-nyamanan)
5. Dissatisfaction (kekurang-puasan)
6. Destitution (kemelaratan)
Liputan 6D ini mencakup masalah kesehatan dari aspek sosial ekonomi (destitution) sampai ke liang lahat (kematian). Perbedaan nilai dari masing – masing aspek ini kemudian akan menyebabkan perlu cara pendekatan tersendiri. Misalnya untuk masalah ekonomi memerlukan pendekatan ekonomi kesehatan (health economy). Ekonomi kesehatan akan banyak melihat masalah ekonomi dari status ekonomi masyarakat, khususnya masalah kemiskinan atau kesehatan pada kelompok orang/keluarga miskin. Jatuh miskin akan membawa resiko lebih tinggi untuk jatuh sakit, dan selanjutnya orang miskin yang sakit lebih susah berobat dan sembuh karena keterbatasan kemampuan ekonominya mendapatkan dan memakai pelayanan kesehatan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada.

B. Saran
Perlunya sosialisasi ke masyarakat luas tentang konsep sehat sakit agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berkepanjangan teutama di daerah – daerah terpencil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar