Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. . .
Selamat datang di blog saya, semoga blog ini dapat bermanfaat bagi anda ^_^

Kamis, 24 Maret 2011

SARAF OTAK VI ( NERVUS ABDUSEN N.VI )

KELUMPUHAN LESI VI
Lesi N VI melumpuhkan otot rektus lateralis, jadi melirik kearah luar ( lateral, temporal) terganggu pada mata yang terlibat, yang mengakibatkan diplopia horisontal. Bila pasien melihat lurus kedepan, posisi mata yang telibat sedikit mengalami aduksi, disebabkan oleh aksi yang berlebihan dari otot rektus medialis yang tidak terganggu.

PENYEBAB GANGGUAN N VI
Beberapa penyebab gangguan N VI adalah :
1. Vaskuler, misalnya pada :
- Infark
- Arteritis
- Anerisma (a.basilaris)
2. Trauma, misalnya :
- Fraktur os petrosum
3. Tekanan intrakranial tinggi
4. Mastoiditis
5. Meningitis
6. Sarkidosis
7. Glioma di pons

Saraf ini panjang jalanya intrakranial, yang membuatnya rawan terhadap gangguan, misalnya oleh fraktur dasar tulang tengkorak, tumor otak, meningitis basalis, lesi di sinus lavernosus, atau fisura orbitalis superior. Kelumpuhan abdusen dapat terjadi pada tekanan intrakranial yang tinggi, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai lokalisasi.

Kelumpuhan otot mata multipel
Pada parases otot yang multipel, perlu dipikirkan kelumpuhan lebih dari satu saraf, misalnya oleh proses di sinus kavernosus atau fisura orbitalis superior. Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan miasrenia gravis. Pada miastenia gravis, disamping proses otot penggerak bola mata dapat pula dijumpai ptosis. Melihat ganda dapat pula terjadi oleh miopati karena penyakit Graves.
Fungsi N III, IV, VI saling berkaitan dan diperiksa secara bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokular dan mengangkat kelopak mata.
Cara pemeriksaan :
Selagi wawancara dengan pasien perhatikan celah matanya, apakah ada ptosis, eksoftalmus, enoftalmus dan apakah ada strasbismus (jereng). Selain itu , apakah cenderung memejamkan matanya yang kemungkinan disebabkan oleh diplopia.
Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus.
Kerusakan nervus VI saja biasanya tidak mempunyai nilai lokalisasi; ia mudah terganggu karena jalan sarafnya yang panjang. Ia dapat lumpuh pada tekanan intrakranial yang tinggi. Dibatang otak, letak inti-inti serta serabut-serabut sangat berdekatan, karenanya jarang dijumpai lesi yang tersendiri.
Kita mengenal beberapa macam sindrom. Sindrom Millard Gubler adalah salah satu sindrom yang ditandai oleh kelumpuhan nervus VI dan VII ipsilateral jenis lower motor neuron dan hemiplegi kontralateral jenis upper motor neuron, yang disebabkan oleh lesi didaerah pons.

Selasa, 22 Maret 2011

Filsafat Ilmu

KONSEP TAHU

A. APA ITU TAHU ?
Orang tahu dikatakan mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu. Pengetahuan harus sesuai dengan objek yang diketahui. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu. Dan filsafat dimulai dari rasa ingin tahu yang melahirkan pengetahuan dan munculnya kepastian. Manusia tahu akan sesuatu, tahu akan alam sekitar, dirinya sendiri, orang lain, yang baik dan buruk. Indah atau jelek. Rasa ingin tahu tersebut dirangsang oleh alam sekitar.

B. GEJALA TAHU
Bahwa manusia itu tahu sesuatu,rasanya tak dapat disangkal lagi bahwa manusia tahu akan dunia disekitarnya. Bagaimana manusia itu dapat tahu dan dari mana sumbernya, dan apakah sebenarnya tahu itu jika orang dikatakan bahwa ia tahu ?
Gejala tahu :
a. Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu, pada prinsipnya jika orang mencari tahu ia akan berkata apa ini,apa itu, apa sebabnya,mengapa begini, mengapa begitu, dan pertanyaan ini timbul dari keingintahuan dan kegunaannya atas keanekaragaman atas segala sesuatu disekitarnya.
b. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar dan tidak benar adalah keliru. Oleh sebab itu tahu benar adalah dasar dari sebuah tindakan tapi ada juga orang yang mengira bahwa tahunya benar padahal keliru menurut orang lain tapi setelah ia sadar bahwa tahunya keliru maka puasnya lenyap.
c. Kalau manusia ingin tahu apakah yang hendak dikatahuinya? Yang hendak diketahui orang adalah kekaguman yang merangsang orang untuk mencari tahu dan adapun yang mengelilingi orang adalah dunia dan seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan asl ada. Yang yang tidak adapun jadi mungkin jadi mungkin ada itupun ingin diketahui. Dengan kata lain objek tahu adalah apa saja yang ada dan mungkin ada, akan tetapi keingintahuan manusia hanyalah sebatas pada masa hidupnya. Dengan demikian manusia itu dirangsang oleh alam sekitarnya dan ransangan ini pada prisipnya berhubungan dengan panca indra yang terdiri dari penciuman, penglihatan, pendengaran , perasaan lidah dan perasaan badan. Terlepas dari berapa jumlah indra yang dimiliki oleh manusia, indralah yang pertama tama bersentuhan dengan alam, dan inilah yang disebut pengalaman , dan objek dari panca indra ini adalah manusia.
d. Jadi manusia yang tahu itu tahulah bahwa ia tahu seperti analisa ini ‘manusia tahu benar bahwa manusia tidak tahu sesuatu maka bertanyalah ia kepada orang lain lalu diberi tahu maka ia tahu’ begitu juga sebaliknya jika ia keliru.

Sebagai kesimpulan dari keempat gejala diatas adalah :
1. Manusia ingin tahu.
2. Manusia ingin tahu yang benar.
3. Objek tahu adalah yang ada dan mungkin ada.
4. Manusia tahu bahwa ia tahu.

C. TAHU PENGETAHUAN
Putusan. Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan, pengakuan sesuatu terhadap sesuatu disebut “ putusan “ dan pada dasarnya pengetahuan dan putusan itu sama. Sehingga orang yang tidak tahu tidak dapat mengambil keputusan. Dasar pengakuan itu disebut subjek dan diakui terhadap subjek itu disebut predikat.
Ada dua macam pengetahuan, yaitu :
- Pengetahuan khusus yang mengenai satu saja.
- Pengetahuan umum yang berlaku bagi seluruh macam dan masing – masing dalam macamnya.
Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Yang perlu diingat, bahwa pengetahuan umum ini memang agak aneh, sebab yang bersentuhan dengan manusia ialah pengetahuan yang khusus, tidaklah manusia yang berindra itu bertemu dengan yang umum. Hanya manusia memiliki pengetahuan umum ini juga melalui indranya, jadi melalui persentuhan dengan yang khusus, satu per satu itu.
Jadi tahu hendaklah mencakup objeknya, setidak – tidaknya hendak mengetahui dasar dari pengetahuannya itu. Hal ini merupakan alat pengontrol juga bagi pengetahuannya tentang objek itu, sehingga persesuaian antara pengetahuan dan objeknya itulah yang kita disebut “ kebenaran”.
Kebenaran. Jika orang tidak tahu akan salah satu aspek dari objeknya bukanlah ia keliru, hanya belum lengkap pengetahuannya. Yang dimaksud dengan kekeliruan adalah jika orang mengira tahu akan aspek objeknya, ternyata tidak. Maka kebenaran yang merupakan persesuaian antara tahu dengan objeknya disebut pula objektivitas, karena pengetahuan yang benar adalah pengetahuan obyektif.
Kekuatan putusan. Putusan tidak sama kuatnya. Kalau putusan itu pasti benar maka inilah yang amat kuat. Orang yang hendak tahu harus sadar dan mutlak bagi pengetahuan. Ada ungkapan Indonesia orang yang tak sadar akan dirinya sama artinya dengan orang yang tak tahu akan dirinya. Pada umumnya objek yang ada diluar kesadaran ini hanya memungkinkan pengetahuan manusia, karena objek itu memberi perangsang kepada manusia untuk tahu hasilnya (pengetahuan) dicetuskan berupa putusan. Kesimpulannya adanya pengetahuan benar atau salah jika sudah ada putusan. Dalam ilmu yang diutamakan adalah kebenaran logis (ontologism: ilmu tentang ada)
Kepastian. Jika pada suatu saat orang mempunyai alasan cukup, bahwa ia mengetahui benar tentang objeknya, ada keyakinan yang cukup beralasan bahwa pengetahuannya sesuai dengan objeknya maka ia mempunyai kepastian. Apakah keyakinan selalu mengandung kebenaran ? Tidak. Memang pengetahuan itu benar tetapi bukanlah keyakinan itu menjadi jaminan.
Sangsi. Manusia kalau mau jujur, tidak mau atau dapat mengadakan keputusan, paling-paling hanya dapat berkata, saya berpendapat demikian tetapi sebetulnya masih sangsi. Kesangsian itu menunjukkan sifat manusia juga. Kesangsian ini harus dibedakan dengan kata ragu-ragu, karena kesangsian mendorong orang untuk penyelidikan lebih lanjut sedangkan keraguan melemahkan manusia.
Kepercayaan. Keyakinan merupakan sikap mental atas dasar kepastian bahwa ada kebenaran, akan tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Ada keyakinan orang yang mempunyai kebenaran dan diberitahukan kepada orang dan kebenaran itu diterima oleh orang lain itulah yang disebut kepercayaan karena alasan untuk sangsi tidak ada. Dalam agama, kepercayaan ini merupakan unsur yang amat penting dan dalam hal ini amat masuk akal alasannya, karena kepercayaan kaum beragama ini diyakini karena diberitahukan oleh yang tidak dapat berdusta (Tuhan) atau paling tidak orang yang berwibawa yang mendapat tugas memberitakan kebenaran ini kepada orang. Percaya adalah menerima kebenaran demi kewibawaan.

Senin, 21 Maret 2011

ALZHEIMER

A. Konsep Dasar
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. ( Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, buku 2 hal 1003 ). Juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel – sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun ( Perawtan Medikal Bedah : jilid 1, hal 173 )
Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10 % orang dalam kelompok usia ini menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan populasi usia lanjut, dan diperkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi system pelayanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan bagi rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut dan dana riset ), tetapi juga akan menimbulkan stress bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya.

B. Etiologi
Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya :
1. Virus lambat dengan masa inkubasi 2 – 30 tahun
2. Proses otoimun ( dengan 2 tipe Amigdaloid )
3. Keracunan Aluminium ( yang paling Populer )
Salah satu penyebab yang mempersulit penegakan diagnosa Alzheimer adalah bukti yang hanya didapat dari hasil outopsi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai tiga tingkatan kondisi yang berbeda. Diagnosa Alzheimer ditegakkan setelah ditelusuri terjadi kehilangan daya ingatan diluar kondisi – kondisi berikut :
1. Anemia pernisiosa
2. Reaksi obat – obatan
3. Ketidakseimbangan Hormonal
4. Depresi
5. Penyalahgunaan obat dan alcohol
6. Tumr otak
7. Meningitis kronis
8. Trauma kepala
9. Penyakit Pick
10. Penyakit Parkinsonm dengan dimensia
Tanda dan gejala penyakit Alzheimer timbulnya progresif, kecepatan timbul bervariasi dari orang yang satu dengan orang yang lain. Pada beberapa kasus menurunnya kondisi sangat cepat, pada umumnya kekacauan berlangsung sedikit demi sedikit. Penyebab kematian biasanya pneumoni dan infeksi yang lain.

C. Manifestasi Klinis
Gejala – gejalanya sangat bervariasi :
1. Pada awal penyakit, kelupaan dan terjadi kehilangan ingatan atau memori yang rinci.
2. Keterampilan – keterampilan social dan pola–pola prilaku tetap utuh (pada awalnya )
3. Kelupaan termanifestasi banyak dalam tindakan keseharian sejalan dengan perkembangan penyakit, misalnya kehilangan arah dalam lingkungan yang sudah amat dikenal atau mengulang cerita yang sama
4. Kemampuan untuk merumuskan konsep – konsep dan berpikir secara abstrak menghilang
5. Dapat menunjukkan prilaku inpulsif yang tidak sesuai
6. Perubahan kepribadian negatif, misalnya : menjadi depresi, mudah curiga, paranoid, bermusuhan dan bahkan mengamuk
7. Keterampilan berbicara menyimpang pada suku – suku kata yang tidak berarti, agitasi dan peningkatan aktivitas fisik
8. Akhirnya akan membutuhkan bantuan untuk semua aspek kehidupan

D. Patofisiologi
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron – neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga terjadi kekusutan neurofibliar yang difus pada plak senilis ( makin banyak plak senilis makin berat gejala – gejalanya ). Kedua perubahan patologis terakhir ini bukan merupakan cirri khas penyakit Alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmitter dan enzim – enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmitter tersebut. Tampak adanya penurunan dari kolin asetiltransferase.
Pada otopsi otak penderita penyakit Alzheimer menunjukan pengurangan neurotransmiterasetilkolin yang bermakna, beberapa otak bahkan hanya mengandung 10 % kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan penurunan asetilkolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena somatostatin menurun pada otak penderita penyakit Alzheimer. Factor tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotosisitas dari aluminium. Crapter et al. ( 1979 ) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam sitem transfor membran pada pasien – pasien penyakit Alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromatin yang menyebabkan perubahan patologi dalam sintesis protein dan perubahan neurofibriliar.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk penyakit Alzheimer tidak ada yang spesifik. CT Scan dipakai menelusuri kondisi abnormal yang lain. Seringkali percobaan neuropsikologi dapat mengetahui perubahan ketidak mampuan berpikir. Riwat keluarga sering membantu menegakkan diagnosa.
Pasien yang memperlihatkan gejala – gejala dimensia harus diperiksa untuk dideteksi terhadap kemungkinan adanya penyebab nutrisional, endokrin dan infeksi yang reversible. Selain dari pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap, sering dilakukan pemeriksaan hitung sel darah lengkap elektrolit serum, vitamin B12 dan pemeriksaan fungsi thyroid.
Tes penglihatan dan pendengaran dilakukan untuk menentukan adanya penurunan ( kehilangan ) yang mungkin disebabkan oleh kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang melayang, perubahan persepsi sensoris ( salah satu dari gangguan kognitif ).

F. Pengobatan
1. Antipsikolitik seperti halopiridol, tioridozin, dapat digunakan untuk mengontol agitasi dan halusinasi
2. Mallril, jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang bersifat ektrapiramidal meningkatnya kekacauan mental, masalah penglihatan dan terutama gangguan berdiri dan berjalan.
3. Vasodilatator seperti siklondelat, dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
4. Ergoloid mesilat, meningkatkan metabolisme
5. Anti depresi, mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur.

Just Fun ^_^

Seorang sekretaris nan cantik ditugaskan oleh bosnya untuk menemani seorang raja minyak dr Arab yg menjadi klien penting bagi perusahaannya.
Tertarik oleh kecantikannya, si raja tiba-tiba memintanya utk menikahinya.

Tentu saja sekretaris itu terkejut namun ia teringat perintah bosnya untuk tidak mengecewakan kliennya itu dalam bentuk apapun. Karena itu, ia memikirkan cara untuk menolak ajakannya dengan halus.

"Baiklah, aku akan menikah denganmu dengan 3 syarat. Pertama, aku mau cincin kimpoi berlian 75 karat bertahtakan intan bermahkota tiga 200 karat."
Si raja terpekur sejenak dan kemudian mengangguk, "Ok, ok saya belikan, saya belikan"

Menyadari keadaan ini, si wanita kembali memikirkan syarat yang lebih susah. "OK, kedua, aku mau kamu buatkan istana di New York berkamar
100 dan sebagai rumah peristirahatan, aku mau vila di tengah kota Paris dengan 200 orang pelayan, 10 Ferarri dan 5 pesawat jet pribadi."

Sang raja minyak kembali terpekur, mengambil hand-phonenya dan mengontak sana sini. "Ok, ok, saya buatkan. Saya buatkan"
"Gawat !", pikir si sekretaris. Dengan peluh sebesar kacang kedelai, ia
kembali memikirkan syarat terakhir. Akhirnya, ia merasa mendapatkan syarat yang nyaris mustahil bisa dikabulkan oleh si raja ini. Sambil mengedipkan mata, ia berkata,

"Oh, baiklah. Ini yang terakhir. Aku suka sekali dengan seks dan karenanya
aku mau laki-laki yg menjadi suamiku mempunyai penis sepanjang 30 cm."
Si raja tampak kecewa sekali dengan syarat terakhir ini. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesenggukan. Akhirnya, sambil mengusap air mata dan menatap wanita itu dengan sedih, ia berkata,
"Ok, ok, saya potong, saya potong"

TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG :D hehehe

Minggu, 20 Maret 2011

HALUSINASI

JENIS – JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran 70%
Karakteristik : Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

2. Penglihatan 20%
Karakteristik : Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3. Penciuman
Karakteristik : Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

4. Pengecapan
Karakteristik : Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5. Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6. Cenesthetic
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.

7. Kinisthetic
Karakteristik : Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
NERVE CONDUCTION VELOCITY


A. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaanneurologfik adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Walaupun pemeriksaan neurologik sering terbatas pada pemeriksaan yang sederhana, namun hal ini penting diketahui oleh orang yang melakukan pemeriksaan, sehingga mampu untuk melakukan pemeriksaan neurologik dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit dan keadaan fisik lainnya.
Otak dan medulla spinalis tidak dapat dilihat, diperkusi, dipalpasi dan diauskultasi secara langsung seperti system lain pada tubuh. Pemeriksaan neurologik dibagi menjadi lima komponen : fungsi serebral, saraf-saraf cranial, system motorik, system sensorik dan status refleks. Segi lain dari pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan neurologik yang dilakukan melalui rangkaian logis dan diikuti dari tingkat yang lebih dari fungsi kortikal kearah sebuah penentuan integritas saraf-saraf periferal.
Banyak fungsi neurologik pasien dikaji selama pengkajian riwayat dan pengkajian fisik rutin. Salah satunya adalah mempelajari banyak tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik dan kordinasinya. Aktivitas yang sederhana yang dapat memberikan informasi banyak bagi orang yang melakukan pengkajian adalah pada saatberjabat tangan dengan pasien.


B. Pemeriksaan Konduksi Saraf
Pemeriksaan konduksi saraf dapat dilakukan dengan menstimulasi saraf perifer pada titik-titik yang luas, sepanjalng jalan perifer dan merekam potensial aksi otot atau potensial aksisensori yang dihasilkan. Permukaan atau jarum elektroda ditempatkan pada kulit berakhir pada saraf untuk menstimulasi serabut-serabut saraf . Uji ini digunakan dalam pemeriksaan saraf dengan neuropati.

C. Kecepatan Penjalaran Pada Serat Saraf
Kecepatan penjalaran pada serat saraf bervariasi dari 0,25 m/detik pada serat tak bermielin yang sangat kecil sampai sebesar 100 m/detik. (panjang lapangan sepak bola dalam satu detik) pada serat sarafbermielin yang sangat besar. Pada serat saraf bermielin , kecepatan meningkat kira-kira sesuai dengan diameter serat, dan pada serat yang tidak bermielin , sesuai dengan akar kuadrat diameter serat.

D. Perangsangan – Proses Pencetusan Potensial Aksi.
Pada dasarnya setiap faktor yang menyebabkan ion natrium mulai berdifusi kedalam melalui membran dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan pembukaan regeneratif saluran natrium secra otomatis.Hal ini dapat merupakan akibat dari gangguan mekanis sederhana pada membran, pengaruh kimia pada membran atau adanya aliran listrik diseluruh membran. Semua faktor ini dipakai pada berbagai titik dalam tubuh untuk menimbulkan potensial aksi saraf atau otot.



E. Perangsangan Serat Saraf Oleh Muatan Negatif Dari Elektroda
Cara yang biasa digunakan untuk merangsang saraf atau otot dalam laboratorium percobaan adalah memberi listrikpada permukaan saraf atau otot diseluruh kedua elektroda kecil, yang salah satunya bermuatan negatif dan yang lainnya bermuatan positif. Bila hal ini terjadi, kita temukan bahwa membran yang mudah dirangsang menjadi mudah terangsang pada elektroda negatif.
Penyabab dari pengaruh ini adalah sebagai berikut : Ingatlahbahwa potensial aksi ditimbulkan oleh terbukanya saluran natrium bergerbang voltase. Selanjutnya saluran ini dibuka oleh penurunan voltase listrik yang melintasi membran. Artinya aliran negatif yang berasal dari elektroda akanmengurangi voltase disisi luar membran menjadi nilai negatif yang mendekati voltase pada potensial negatif disisi dalam serat. Hal ini akan menurunkan voltase listrik yang melintasi membran dan meudahkan pembukaan saluran natrium, sehingga menimbulkan potensial aksi. Sebaliknya pada anoda , masuknya muatan listrik pada sisi luar membran saraf akan meningkatan perbedaan voltase yang melintasi membran dan bukan menurunkannya. Hal ini akan menyebabkan keadaan hiperpolarisasi yang akan menurunkan perangsangan serat dan bukan menimbulkan potensial aksi.

F. Kecepatan Hantar Saraf (KHS) = Nerve Conduction Velocity
Pemeriksaan KHS ini mencakup 2 hal, yaitu :
1. Kecepatan Hantar Sarf Tepi (KHST) motorik dan sensorik.
Saraf tepi tang diperiksa adalah saraf tepi pada bvagian lengan dan tungkai, yaitu Nervus Ulnaris dan Nervus Medianus pada lengan dan Nervus Tibialis dan NervusProneus pada tungkai.
Pada pemeriksaan KHST motorik, maka electrode perangsang kita tempatkan dititik proksimal, sedangkan elektroda pencatat kita tempatkan dititik distal dan saraf yang hendak kita periksa.
Pada pemeriksaan KHST sensorik kita lakukan sebaliknya, yaitu elektroda peransang kita tempatkan pada titik distal dan elektroda pencatat pada titik yang proksimal.
Kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan osilograf katoda sedemikian rupa sehingga artefak mulai dan tibanya stimulus “Evolued Potential” dapat direkam dengan baik. Masa diantara artefak dan tibanya stimulus “Evolued Potential” itu dinamai masa laten.

Jarak antara elektroda perangsang dan elektroda pencatatat.
KHST =
Masa laten.


KHST yang normal bagi :
☺ Nervus Ulnaris adalah : 47 – 72 m/detik
☺ Nervus Medianus adalah : 46 – 72 m/detik
☺ Nervus Proneus adalah : 42 – 63 m/detik
☺ Nervus Tibialis adalah : 40 – 67 m/detik

Bila lesi hanya mengenai satu saraf saja disatu sisi (misalnya mengenai Nervus Medianus pada “Carpal Tunnel Syndrom” di tangan kanan) maka KHST dapat ditetapkan pada Nervus Medianus pada tangan kanan dankiri, kemudian membandingkan gambaran yang diperoleh . Dalam contoh tadi sudah pasti KHST pada Nervus Medianus kanan adalah lebih kecil daripada KHST Nervus Medianus kiri, artinya masa laten pada rekamanyang diperoleh pada tangan kanan adalah lebih besar daripada masa laten direkaman tangan kiri.
2. Evoted Cerebral Potential
Pada pemeriksaan ini perekaman kulit dirangsang pada satu tempat tertentu. Setelah suatu masa laten tertentu, Perangsangan ini akan menimbulkan reaksi potensial pada permukaan otak.